ISTANBUL, KOMPAS.com - Waktu mulai menipis bagi para korban yang masih terperangkap di bawah reruntuhan akibat gempa dengan magnitudo 7.8 yang melanda Turkiye dan Suriah pada Senin (6/2/2022).
Tim penyelamat dari Turkiye, Suriah, dan negara-negara lainnya sedang berusaha tanpa henti untuk memindahkan puing-puing untuk mencari tanda kehidupan.
Tetapi, berapa lama orang yang selamat dapat bertahan hidup di bawah puing-puing?
Baca juga: Di Tengah Perang, Ukraina Turut Kirim Tim SAR ke Turkiye, Berharap Tak Bertemu Tim Rusia
Rentang waktu itu tergantung pada berbagai faktor, ungkap para ahli kepada BBC.
Posisi penyintas saat terjebak di tengah kerusakan, akses air, akses udara, iklim, kondisi cuaca, dan kebugaran jasmani orang yang terperangkap, semuanya dapat memengaruhi berapa lama seseorang bisa bertahan.
Sebagian besar penyelamatan dapat terjadi dalam kurun waktu 24 jam setelah bencana, namun ada juga kasus penyelamatan dari reruntuhan yang membutuhkan waktu lebih lama.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada umumnya memberhentikan operasi pencarian dan penyelamatan sekitar lima sampai tujuh hari setelah bencana.
Keputusan ini dibuat jika dalam waktu satu sampai dua hari, tidak ada orang yang berhasil diselamatkan.
Jadi apa saja faktor yang dapat membantu korban gempa bertahan hidup?
Meskipun tidak gampang untuk memprediksi kapan terjadinya gempa atau robohnya sebuah bangunan, posisi seseorang dalam keadaan darurat merupakan kunci bertahan hidup, kata pengamat.
Baca juga: Korban Tewas Gempa Turkiye-Suriah Capai 20.000 Jiwa, Harapan Pencarian Memudar
Tempat yang dipilih dengan baik dapat memberikan seseorang perlindungan dari puing-puing yang berjatuhan dan memberikan akses ke udara untuk bernapas.
“Dengan menerapkan posisi ‘Drop, Cover and Hold’ (berlutut, berlindung dan berpegangan) bisa menciptakan peluang selamat, peluang mendapatkan akses udara,” kata Murat Harun Ongoren, seorang koordinator AKUT (Asosiasi Pencarian dan Penyelamatan Turkiye).
AKUT adalah kelompok masyarakat sipil pemberi bantuan dan penyelamatan terbesar di Turkiye.
Drop, cover and hold memiliki arti: jatuhkan diri berlutut ke lantai, berlindung di bawah meja atau sesuatu yang kukuh, dan berpegangan erat sampai guncangan berhenti.
“Edukasi, pelatihan dan kesadaran tentang langkah-langkah darurat (sebelum bencana seperti gempa terjadi) penting dan sering diabaikan,” tambah dia.
“Dan itu akan menentukan seberapa lama Anda dapat hidup di bawah reruntuhan.”
Dr Jetri Regmi, petugas teknis di Program Kedaruratan Kesehatan Dunia WHO juga menekankan pentingnya kesiapsiagaan.
“Berlindung di tempat aman seperti meja yang kukuh dapat meningkatkan kans bertahan. Tidak ada hal yang pasti karena semua bencana itu berbeda, tapi upaya pencarian dan penyelamatan awal tergantung pada kemampuan dan kesiapan dari warga setempat,” terang dia.
Baca juga: UPDATE Gempa Turkiye: Korban Tewas 19.300 Jiwa, Prediksi Bisa Lampaui 45.000
Suplai air dan udara merupakan faktor kunci bertahan hidup ketika terperangkap dalam gedung runtuh.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.