Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita WNI Terdampak Gempa di Turkiye: Ditanya Anak, "Mama Gimana kalau Kita Meninggal?"

Kompas.com - 09/02/2023, 13:17 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

GAZIANTEP, KOMPAS.com - Nisa Afriyanti dan Hera Mega Sari adalah salah dua dari ribuan orang yang terdampak gempa Turkiye bermagnitudo 7,8 pada Senin (6/2/2023).

Kedua Warga Negara Indonesia (WNI) tersebut tinggal di Gaziantep, tak jauh dari pusat gempa di Turkiye yang mengguncang hingga Suriah.

KBRI Ankara menyampaikan, ada sekitar 500 WNI di sekitar lokasi. Hingga Rabu (8/2/2023) dua WNI tewas, salah satunya bernama Nia Marlinda asal Bali.

Baca juga: UPDATE Gempa Turkiye dan Suriah, Korban Tewas Jadi 11.236 Jiwa, 2 di Antaranya WNI

Hera yang berasal dari Bandung menuturkan, gempa terjadi sekitar jam 4 pagi. "Tiba-tiba tempat tidur saya goyang-goyang gitu. Saya langsung meluk anak saya."

"Ada dua anak saya yang kecil-kecil itu, udah gitu saya enggak tahu harus ngapain, dan ketika itu semua orang teriak-teriak di luar."

"Anak-anak sekarang masih dalam keadaan syok, mereka selalu merasa 'Oh akan gempa lagi dan kita harus gimana? Mama gimana kalau kita meninggal?'" lanjutnya, ketika diwawancarai VOA Indonesia.

Sementara itu, Nisa bercerita bahwa dia awalnya mengira guncangannya akan sebentar, tetapi ternyata panjang sampai bermenit-menit.

"Akhirnya kita keluar. Itu orang-orang pada ramai keluar semua," imbuh perempuan asal Padang tersebut.

Nisa dan Hera sama-sama sempat mengungsi di mobil mereka. Cuaca saat itu bersalju dan hujan, sehingga suhunya dingin.

Gempa susulan masih terus terjadi, dan Nisa kemudian mengungsi ke gedung kantor polisi.

"Kita enggak mandi, bahkan di sini toilet pun... maaf mungkin karena enggak ada air jadi toilet kotor. Baru hari ini ada pembersihan toilet," terangnya.

Baca juga: Gempa Turkiye Terbaru: 10 Provinsi Keadaan Darurat Selama 3 Bulan

Adapun Hera mengungsi ke rumah pamannya, tetapi di sana air juga mati karena pasokannya ditutup, dan tidak ada pemanas ruangan.

"Jadi kita paling ngambil air dari masjid-masjid," ucap Hera.

Penderitaan Nisa dan Hera bertambah karena sulit mendapatkan makanan.

Menurut Nisa, bantuannya baru saja datang sebelum wawancara dengan VOA. "Kemarin-kemarin itu kita masih (cari) sendiri-sendiri," kata dia.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com