BEIJING, KOMPAS.com - Studi terbaru dari China pada Rabu (8/2/2023) yang diterbitkan dalam jurnal The Lancet mengatakan, tidak ada varian baru Covid-19 di Beijing dalam minggu-minggu setelah kebijakan nol-Covid dicabut.
Lonjakan Covid China terjadi setelah pemerintah mencabut aturan nol-Covid yang ketat sejak awal Desember 2022.
Hal tersebut memicu kekhawatiran bahwa China, negara terpadat di dunia, dapat menjadi tempat muncunya varian baru Covid-19 yang lebih menular atau parah.
Baca juga: China Catat 3.278 Kematian Baru Terkait Covid-19
Namun, studi baru oleh para peneliti China yang menganalisis 413 sampel dari Beijing pada 14 November-20 Desember 2022 menyatakan, tidak ada bukti varian baru muncul selama waktu itu.
Sebaliknya, lebih dari 90 persen kasus adalah BF.7 dan BA5.2, subvarian Omicron yang sudah ada di China dan tergeser oleh subvarian lebih menular di negara-negara Barat.
BF.7 menyumbang tiga perempat dari sampel, sementara lebih dari 15 persen adalah BA5.2, menurut penelitian tersebut yang dikutip kantor berita AFP.
“Analisis kami menunjukkan dua sub-varian Omicron yang diketahui--daripada varian baru mana pun--utamanya bertanggung jawab atas lonjakan saat ini di Beijing, dan kemungkinan China secara keseluruhan,” kata penulis utama studi ini yaitu George Gao, ahli virologi di Institute of Mikrobiologi di Akademi Ilmu Pengetahuan China.
Akan tetapi, Wolfgang Preiser dan Tongai Maponga selaku ahli virologi di Universitas Stellenbosch Afrika Selatan yang tidak terlibat dalam penelitian memperingatkan, itu hanya mencakup beberapa minggu setelah China mencabut aturan nol-Covid.
Baca juga:
"Jika garis turunan baru muncul saat lonjakan, penelitian ini mungkin terlalu dini untuk menemukannya," ujar mereka dalam komentar di The Lancet.
China juga secara drastis mengurangi pengujiannya sehingga berpotensi memengaruhi hasil, dan hanya mencakup Beijing bukan seluruh negara, tambah mereka.
Namun, mereka tetap menyambut baik data yang sangat dibutuhkan dari China ini.
"Meskipun langkah-langkah terkait perjalanan yang cukup ringan di beberapa negara bagi pelancong dari China sekali lagi mungkin dipandang sebagai hukuman, orang-orang dapat berharap makalah ini menunjukkan lebih banyak keterbukaan dan pertukaran data yang cepat ke depan," menurut mereka.
Baca juga: Mengenal Strategi Nol Covid China, Begini Cara Kerja dan Risikonya...
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.