BERN, KOMPAS.com - Indonesia masih mengandalkan logam mulia sebagai komoditas ekspor ke Swiss.
Hingga akhir Desember 2022, logam mulia tercatat menjadi komoditas urutan teratas, diikuti alas kaki, produk tekstil, perlengkapan elektrik, furnitur, kopi, karet, mesin turbin, dan minyak atsiri.
"Kami mencatat surplus perdagangan dengan Swiss sebanyak 30,3 persen," tutur Muliaman Hadad, Dubes RI untuk Swiss dan Liechtenstein, kepada Kompas.com pada Selasa (7/2/2023).
Baca juga: Uang Rp 327 Juta Jatuh di Jalan, Warga Swiss Kembalikan Utuh
Total nilai ekspor Indonesia ke Swiss pada periode Januari hingga Desember 2022 tercatat mencapai 2,21 miliar dollar AS atau sekitar Rp33,31 triliun.
Sedangkan total nilai impor Indonesia dari Swiss adalah 428,63 juta dollar AS atau sekitar Rp6,45 triliun.
Dengan demikian, jelas Muliaman Hadad, total nilai surplus perdagangan Indonesia–Swiss adalah senilai 1,78 miliar dollar AS atau sekitar Rp26,86 triliun.
Dibandingkan periode tahun sebelumnya, yakni tahun 2021, jumlah yang dicapai di tahun 2022 mengalami peningkatan.
Pada 2021, total nilai ekspor Indonesia ke Swiss tercatat di angka 1,70 miliar dollar AS atau
Rp25,58 triliun, sedangkan total nilai impor dari Swiss cuma 360,30 dollar AS atau Rp5,42 triliun.
Baca juga: Cerita WNI Asal Riau, Migrasi ke Swiss lalu Kerja di Microsoft
Apa yang dicapai Indonesia di Swiss di tahun 2022, khususnya dalam neraca perdagangan, terbilang cukup mengejutkan.
Sebab, saat ini agak sulit untuk dapat memasarkan produk Indonesia di Eropa, tidak terkecuali di Swiss. Perang Ukraina menjadi salah satu pengaruhnya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.