SANLIURFA, KOMPAS.com - Di kota Sanliurfa, Turkiye, orang-orang yang selamat dari gempa besar bermagnitudo 7,8 menghadapi ancaman yang tak terlihat tetapi berbahaya, yaitu kelaparan.
Saat matahari pagi menyinari langit, jalanan Sanliurfa yang retak terlihat kosong.
Seperti Turkiye, negara tetangga Suriah yang juga dilanda gempa di sembilan provinsi dan gempa susulan, para penduduk Sanliurfa fokus pada kelangsungan hidup dasar.
Baca juga: Kronologi Mengapa Gempa di Turkiye Terjadi dan Perkembangan Terkini
Gempa Turkiye paling kuat dalam hampir 100 tahun ini melanda wilayah perbatasan terpencil pada Senin (6/2/2023) dini hari, menewaskan lebih dari 5.000 orang di Turkiye dan Suriah.
Kantor berita AFP melaporkan, para keluarga di Sanliurfa berlindung di lantai dasar hotel Hilton yang megah.
Pada Selasa (7/2/2023) dini hari, sebagian besar orangtua yang berkumpul dengan anak-anaknya belum tidur sedikitpun.
"Kami tiba di sini pukul 15.00 kemarin, hotel memberi kami sup di malam hari, tetapi malam sudah berlalu. Kami lapar, dan anak-anak juga," kata Imam Caglar (42).
"Toko roti akan tutup hari ini, saya tidak tahu bagaimana kami akan mendapatkan roti," imbuh ayah tiga anak itu.
Tidak mungkin mengambil makanan dari flat-nya yang terletak beberapa jalan jauhnya, karena bahaya jika bangunan itu tiba-tiba runtuh.
"Kami tinggal di lantai satu dari tiga, kami takut kembali," ujarnya sambil menggelengkan kepala. "Bangunan kami sama sekali tidak aman."
Baca juga: Faktor-faktor Mengapa Gempa Turkiye Begitu Mematikan
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.