Dalam peta jalan yang disusun Jepang tentang pengenalan/perluasan bahan bakar amonia, proyek percontohan co-firing amonia pada pembangkit listrik tenaga batu bara sudah dimulai tahun 2021 sampai nanti tahun 2024. Pada tahun 2025 mulai perbaikan fasilitas untuk pembakaran amonia dan setelah itu mulai co-firing 20 persen ammonia dan terus meningkatkan rasio co-firing amonia sampai 2050.
Pada pembakit listrik, tahun 2021 sudah mulai dikembangkan teknologi dasar yang diperlukan untuk meningkatkan rasio co-firing amonia/pembangkit listrik dengan menggunakan (full) amonia sampai tahun 2030. Selanjutnya pada tahun 2040 memulai demonstrasi peningkatan rasio co-firing amonia/pembangkit listrik dengan menggunakan (full) amonia sampai tahun 2050 dan setelah itu mulai dengan pembangkit liktrik berbahan bakar (full) amonia.
Selain pada pembangkit listrik juga dikembangkan teknologi kapal berbahan bakar amonia. Jepang menyiapkan pasokan amonia dan saat ini sedang dalam studi kelayakan.
Pengenalan bahan bakar amonia telah dilakukan perusahaan listrik di Jepang. Salah satu perusahaan listrik di Jepang telah merilis peta jalan zero emission dengan pemanfaatan bahan bakar amonia pada Oktober 2020.
Dengan terus meningkatkan rasio co-firing amonia pada proyek percontohan mulai 20 persen, 50 persen sampai 100 persen. Komersialisasi co-firing 20 persen dimulai akhir tahun 2020-an, komersialisasi co-firing 50 persen pada awal 2030-an, dan penggunaan amonia 100 persen pada 2050.
Dengan tujuan mewujudkan pembangkit listrik ammonia (single fuel), dimulai dengan pengembangan teknologi co-firing amonia yang sedang berlangsung saat ini. Demonstrasi co-firing 20 persen amonia pada pembangkit listrik 1 GW telah tercapai yang sudah dimulai dari tahun 2021 dan menghasilkan pembakaran yang stabil dan pengurangan emisi NOx.
Untuk memperluas pasokan dan permintaan bahan bakar amonia, Japang mempromosikan kerja sama internasional yang komprehensif melalui kesadaran internasional; membangun rantai pasokan baru yaitu melalui kerja sama dengan negara-negara kaya energi (Amerika Utara, Timur Tengah, Australia); memperluas permintaan melalui kerja sama dengan negara-negara yang mengandalkan pembangkit listrik berbahan bakar batu bara seperti Malaysia, Indonesia, India melaui studi kelayakan untuk memperkenalkan ammonia; dan International Platform melalui International Conference on Fuel Ammonia pada Oktober 2021 dan September 2022.
Kerja sama Jepang dengan negara-negara yang menggunakan pembangkit berbahan batu bara juga sudah di lakukan di Indonesia. Studi kelayakan co-firing amonia pada PLTU Suralaya (rasio batu bara 60 persen) dilakukan pada April 2022. Sudah terjadi kesepakatan untuk mempertimbangkan co-firing dan single fuel pada PLTU Gresik milik PT PJB.
Melihat apa yang dilakukan Jepang dalam mencapai target transisi energi, yaitu melalui pengembangan teknologi dari hidrogen dan amonia, bisa menjadi gambaran yang mungkin bisa dilakukan di Indonesia. Jepang dan Indonesia memiliki kesamaan dalam penyediaan energi, seperti banyak mengoperasikan pembangkit listrik berbahan batu bara yang harus segara "dihijaukan".
Seperti juga pada peta jalan transisi energi Indonesia, di mana tahun 2031 hidrogen mulai digunakan untuk kelistrikan guna mendukung tercapainya net zero emission tahun 2060.
(Bahan tulisan ini berumber dari Japan’s Initiatives to Support Energy Transition in Asia oleh METI pada The Training Program for Supporting Energy Transition in Indonesia, 2023.)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.