Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Profil Sao Paulo, Kapal Induk Brasil yang Ditenggelamkan

Kompas.com - 06/02/2023, 18:25 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

BRASILIA, KOMPAS.com - Kapal induk Brasil bernama Sao Paulo ditenggelamkan di Samudera Atlantik pada Jumat (3/2/2023) setelah nonaktif dan mengambang di laut selama berbulan-bulan.

Penenggelaman kapal induk tua ini tetap dilakukan meski ditentang sejumlah kelompok lingkungan, karena Sao Paulo penuh dengan bahan beracun.

Mereka mengeklaim, kapal induk Sao Paulo mengandung berton-ton asbes, logam berat, dan bahan beracun lainnya yang dapat larut ke dalam air serta mencemari rantai makanan laut.

Baca juga: Berbulan-bulan Mengambang di Laut, Kapal Induk Brasil Akhirnya Ditenggelamkan

Dikutip dari Military Today, berikut adalah profil kapal induk Brasil Sao Paulo dan kenapa dinonaktifkan.

Profil kapal induk Sao Paulo

Kapal induk Brasil, Sao Paulo, yang ditenggelamkan pada 3 Februari 2023 di Samudera Atlantik.US NAVY NAVAL AVIATION NEWS via WIKIMEDIA COMMONS Kapal induk Brasil, Sao Paulo, yang ditenggelamkan pada 3 Februari 2023 di Samudera Atlantik.
Sao Paulo adalah kapal induk kelas Clemenceau, yang awalnya ditugaskan untuk Angkatan Laut Perancis pada 1963 bernama Foch.

Kapal ini melewati masa layanan panjang dan sukses bersama Angkatan Laut Perancis, kemudian digantikan kapal induk baru bertenaga nuklir, Charles de Gaulle.

Foch dinonaktifkan dan dijual ke Brasil pada 2000, lalu ditugaskan kembali dengan Angkatan Laut Brasil sebagai Sao Paulo.

Kapal ini menggantikan Minas Gerias, bekas kapal induk kelas Colossus Inggris, dan menjadi andalan baru Angkatan Laut Brasil. Sao Paulo juga merupakan satu-satunya kapal induk yang digunakan oleh negara di Amerika Latin.

Kapal induk Sao Paulo bisa membawa hingga 40 pesawat dan helikopter, biasanya dihuni 22 pesawat dan 17 helikopter.

Selama digunakan AL Brasil, kapal induk Sao Paulo agak lemah dan kemampuan ofensifnya terbatas.

Pesawat pencegat dan serang utamanya adalah A-4KU Skyhawk. Pada 1998, AL Brasil mengakuisisi 20 unit A-4KU bekas Kuwait. Pesawat ini dapat membawa rudal udara-ke-udara jarak pendek Sidewinder dan bom jatuh bebas.

Pada 2015, A-4KU diperbaiki dan ditingkatkan, tetapi usianya tetap menua dan tidak dapat menandingi pesawat tempur modern serta pesawat serang darat.

Adapun helikopter yang dibawa termasuk AS.532 SC Cougar, HB.350 dan HB.355 Ecureuils, dan SH-3 Sea King.

Setelah beroperasi murni sebagai pengangkut helikopter, Sao Paulo membutuhkan lebih sedikit awak, sekitar 920. Angka ini termasuk awak kapal dan awak pesawat.

Persenjataan di atas kapal induk Brasil ini mencakup empat menara meriam 100 mm. Pertahanan udaranya disokong dua sistem jarak pendek Crotale EDIR dan 4 peluncur Simbad ganda. Ada juga lima senapan mesin berat 12,7 mm.

Baca juga: India Resmikan Kapal Induk Pertama Buatan Dalam Negeri, Mampu Angkut 30 Pesawat

Masalah-masalah kapal induk Sao Paulo

Kapal induk Sao Paulo milik Brasil yang ditenggelamkan di Samudera Atlantik, Jumat (3/2/2023).WIKIMEDIA COMMONS Kapal induk Sao Paulo milik Brasil yang ditenggelamkan di Samudera Atlantik, Jumat (3/2/2023).
Secara keseluruhan, kapal induk Sao Paulo meningkatkan kemampuan dan efektivitas operasi udara AL Brasil, tetapi kapal induk ini memiliki catatan buruk dan banyak masalah servis.

Pada 2016, AL Brasil tidak bisa mengoperasikan kapal induk Sao Paulo selama tiga bulan beruntun karena servis.

Akan tetapi, AL Brasil masih berjuang mengoperasikan satu-satunya kapal induk mereka meski ada masalah pendanaan dan usia yang saat itu menginjak 53 tahun.

Sejak 2016, Sao Paolo ditugaskan utamanya untuk pelatihan pilot, bukan kapal perang yang mampu bertempur.

Brasil memiliki rencana modernisasi Sao Paulo hingga akhir 2030-an. Ada rencana  meningkatkan tenaga dan sistem propulsi kapal. Pembaruan lain yang diusulkan meliputi elevator pesawat dan peralatan penangkap.

Namun, modernisasi nyatanya sulit karena usia kapal induk, sehingga rencana modernisasi yang dimulai pada 2017 tidak dilanjutkan dan Brasil mendapat kapal baru.

Pada 2017, kapal induk Sao Paulo dinonaktifkan.

Baca juga: China Bangun Kapal Induk Tanpa Awak, Diklaim Pertama di Dunia

Pada tahun yang sama Brasil memulai negosiasi dengan Inggris Raya untuk memperoleh kapal serbu amfibi HMS Ocean Inggris yang dinonaktifkan.

Kesepakatan dengan Inggris dilakukan pada 2018. HMS Ocean pun bertugas di Angkatan Laut Brasil sebagai Atlantico dan menjadi andalan baru.

Padahal, Atlantico bukan kapal induk dan tidak bisa mengoperasikan pesawat, bahkan yang memiliki kemampuan lepas landas dan mendarat pendek. Ini adalah kapal serbu amfibi yang dapat membawa beberapa helikopter.

Pada 2021, Brasil setuju memusnahkan kapak induk Sao Paulo. Ada rencana melakukannya di Turkiye, tetapi Ankara menolak karena masalah lingkungan.

Pada 2023, sebuah perusahaan Arab Saudi menghubungi AL Brasil dan menawarkan 6 juta dollar AS (Rp 90,4 miliar) untuk demiliterisasi kapal induk Sao Paulo.

Namun, tawaran itu ditolak AL Brasil dengan alasan pihaknya berusaha menghindari kerugian operasional, logistik, ekonomi dan lingkungan lebih lanjut terkait kapal induk Sao Paulo.

Oleh karena itu, kapal induk Sao Paulo Brasil ditenggelamkan pada 3 Februari 2023 di perairan yurisdiksi Brasil, 350 km dari pantai.

Baca juga: Kapal Induk Inggris Alami Kerusakan, Mogok Sebelum Dikirim ke AS

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Global
AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

Global
[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

Global
Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Global
Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Global
Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Global
Wanita Ini Didiagnosis Mengidap 'Otak Cinta' Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Wanita Ini Didiagnosis Mengidap "Otak Cinta" Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Global
Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Global
Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Global
Wakil Menteri Pertahanan Rusia Ditahan Terkait Skandal Korupsi

Wakil Menteri Pertahanan Rusia Ditahan Terkait Skandal Korupsi

Global
Olimpiade Paris 2024, Aturan Berpakaian Atlet Perancis Berbeda dengan Negara Lain

Olimpiade Paris 2024, Aturan Berpakaian Atlet Perancis Berbeda dengan Negara Lain

Global
Adik Kim Jong Un: Kami Akan Membangun Kekuatan Militer Luar Biasa

Adik Kim Jong Un: Kami Akan Membangun Kekuatan Militer Luar Biasa

Global
Bandung-Melbourne Teken Kerja Sama di 5 Bidang

Bandung-Melbourne Teken Kerja Sama di 5 Bidang

Global
Mengenal Batalion Netzah Yehuda Israel yang Dilaporkan Kena Sanksi AS

Mengenal Batalion Netzah Yehuda Israel yang Dilaporkan Kena Sanksi AS

Global
Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com