Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

YouTuber Irak Tewas Diduga Dicekik Ayahnya, Demo Pecah

Kompas.com - 06/02/2023, 08:45 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Sky News

BAGHDAD, KOMPAS.com – Puluhan demonstran Irak menggelar aksi unjuk rasa pada Minggu (4/2/2023) atas kematian YouTuber Irak Tiba Ali yang diduga dibunuh ayahnya dengan motif “pembunuhan demi kehormatan”.

Tiba Ali, wanita berusia 22 tahun, dibunuh pada 31 Januari di Diwaniyah, Irak. Ayahnya diduga mencekik Tiba Ali saat tidur pada malam hari.

Dilansir dari Sky News, ayah Tiba Ali kemudian menyerahkan diri ke polisi.

Baca juga: Kisah Kampung Terpencil Dijuluki Desa YouTube, Mayoritas Penduduknya Content Creator

Tiba Ali sebelumnya tinggal di Turkiye. Di negara itu, dia memiliki kanal YouTube dengan lebih dari 20.000 pelanggan yang mendokumentasikan kehidupannya bersama pacarnya yang kelahiran Suriah.

Dalam video YouTube pertamanya pada November 2021, Tia Ali mengatakan bahwa dia melanjutkan pendidikannya dan memilih untuk tinggal di Turkiye karena merasa senang tinggal di sana.

Ayahnya dikabarkan tidak setuju dengan kepindahan Tiba Ali tersebut, maupun rencananya untuk menikah dengan pacarnya itu.

Juru Bicara Kementerian Dalam Negeri Irak Saad Maan mengatakan, saat Tiba Ali berada di Irak, dia dan ayahnya berselisih keras.

Baca juga: Rusia Akan Usir Wartawan Negara Barat Jika Briefing Diblokir YouTube

Sehari sebelum pembunuhan Tiba Ali, polisi setempat turun tangan untuk membantu mereka mencapai penyelesaian.

Pembunuhan demi kehormatan sendiri terjadi di beberapa negara di dunia, tidak hanya di Irak.

Pada 2010, PBB memperkirakan bahwa sekitar 5.000 pembunuhan demi kehormatan terjadi secara global dan seringkali tidak menjadi berita.

Akan tetapi, hukum pidana Irak memungkinkan suami untuk “mendisiplinkan” istri mereka, termasuk pemukulan.

Baca juga: Daftar Pemimpin Dunia Terpopuler 2022 di YouTube, Jokowi Ungguli Biden

Demo pecah

Para demonstran berkumpul dan memegang spanduk mengutuk pembunuhan dan menuntut reformasi legislatif.

“Tidak ada kehormatan dalam kejahatan membunuh wanita,” bunyi salah satu tulisan dalam spanduk yang mereka bawa.

“Siapa pun yang ingin menyingkirkan seorang wanita menuduhnya mempermalukan martabatnya dan membunuhnya,” kata salah satu demonstran, Israa al-Salman, kepada Associated Press.

Baca juga: Parlemen Rusia Tuding YouTube Blokir Salurannya

Rosa al-Hamid, seorang aktivis di kelompok Organisasi untuk Kebebasan Perempuan di Irak, mendesak pihak berwenang untuk mengesahkan rancangan undang-undang (RUU) melawan kekerasan dalam rumah tangga.

RUU tersebut telah lama macet dan masih menggantung di parlemen Irak sejak 2019.

“Tiba dibunuh oleh ayahnya di bawah pembenaran kesukuan yang tidak dapat diterima,” kata Rosa al-Hamid kepada Associated Press.

Wakil Direktur Amnesty International untuk Timur Tengah dan Afrika Utara Aya Majzoub mengatakan, kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan di Irak akan berlanjut sampai otoritas Irak mengadopsi undang-undang yang kuat untuk melindungi perempuan dan anak perempuan dari kekerasan berbasis gender.

Baca juga: YouTube Dituduh Lakukan Tindakan Sensor dan Blokir di Rusia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Sky News

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com