PESHAWAR, KOMPAS.com - Para kerabat korban yang putus asa memadati rumah sakit di Peshawar Pakistan pada Selasa (31/1/2023).
Mereka beramai-ramai mencari kerabat mereka sehari setelah bom bunuh diri mengobrak-abrik sebuah masjid yang ramai di daerah kota yang dijaga ketat, menewaskan lebih dari 90 orang, yang kebanyakan polisi.
Serangan itu jadi yang paling mematikan dalam satu dekade di kota barat laut yang bergolak dekat perbatasan Afghanistan.
Baca juga: UPDATE Ledakan di Masjid Pakistan, 61 Orang Tewas, Kebanyakan Polisi
Seperti dilansir dari Reuters, aksi terjadi di tengah lonjakan kekerasan yang menargetkan polisi.
Tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab.
"Putraku, anakku," teriak seorang wanita tua yang berjalan di samping ambulans yang membawa peti mati, saat petugas penyelamat membawa orang-orang yang terluka ke unit gawat darurat rumah sakit.
Sedikitnya 170 orang terluka dalam ledakan itu, yang menghancurkan lantai atas masjid saat ratusan jamaah melakukan Sholat Dzuhur.
Riaz Mahsud, seorang pejabat senior pemerintah daerah, mengatakan jumlah korban kemungkinan akan bertambah karena para pekerja melakukan pencarian melalui puing-puing lebih dari 24 jam kemudian.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengunjungi pangkalan Iruma Pasukan Bela Diri Udara Jepang di Sayama
Pihak berwenang mengatakan mereka tidak tahu bagaimana pembom berhasil menembus pos pemeriksaan militer dan polisi yang mengarah ke distrik Police Lines.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.