Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keluarga Korban Pesawat Jatuh di Nepal Protes Otopsi Berjalan Lamban

Kompas.com - 19/01/2023, 08:34 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

POKHARA, KOMPAS.com – Para kluarga dan kerabat korban pesawat Yeti Airlines yang jatuh di Nepal memprotes karena otopsi berjalan lamban.

Pesawat Yeti Airlines jatuh pada Minggu (15/1/2023) dalam penerbangannya dari Kathmandu ke Pokhara.

Tragedi tersebut menewaskan 72 orang di dalam pesawat tanpa ada yang selamat, sebagaimana dilansir Associated Press.

Baca juga: Video Detik-detik Pesawat Yeti Airlines Jatuh di Nepal Dikonfirmasi, Perekam Warga India

Dilansir dari Associated Press, Rabu (18/1/2023), para keluarga dan kerabat korban semakin tidak sabar menunggu pihak berwenang melakukan otopsi dan menyerahkan jenazah untuk dikremasi.

“Sudah empat hari, tetapi tidak ada yang mendengarkan kami,” kata Madan Kumar Jaiswal pada Rabu saat dia menunggu di luar Institut Kedokteran Universitas Tribhuvan.

Dia ingin agar otopsi dilakukan dengan cepat sehingga pihak keluarga dapat menerima jenazah korban.

“Mereka mengatakan bahwa mereka akan melakukan tes DNA. Putri saya sudah meninggal,” kata Ashok Rayamagi, ayah dari korban lainnya.

Baca juga: UPDATE Pesawat Jatuh di Nepal: Tinggal 1 Penumpang Belum Ditemukan, Tim Terus Cari

Pihak berwenang enggan mengomentari soal otopsi saat ditanya Associated Press. Akan tetapi, beberapa jenazah dilaporkan terbakar sangat parah.

Beberapa ahli penerbangan mengatakan, rekaman pada saat-saat terakhir pesawat menunjukkan pesawat itu mogok, meskipun tidak jelas mengapa.

Hingga Rabu, masih ada satu korban yang belum ditemukan. Polisi mengatakan, pencarian terus dilanjutkan dengan bantuan penyelam di sungai dan drone.

Baca juga: Sosok Penumpang yang Rekam Video Jelang Pesawat Yeti Airlines Jatuh di Nepal

Para pekerja telah menutup bendungan di Sungai Seti untuk membantu mereka mencari jenazah di area jurang sedalam 300 meter.

Sebuah tim ahli dari produsen pesawat ATR Perancis mengunjungi lokasi kecelakaan di Pokhara.

Badan Keselamatan Penerbangan Uni Eropa menyampaikan, pihaknya ikut terlibat dalam penyelidikan bersama badan investigasi kecelakaan udara Perancis, BEA.

Black box pesawat yang jatuh di Nepal tersebut berhasil ditemukan pada Senin (16/1/2023).

Baca juga: Pencarian Korban Pesawat Jatuh Nepal Berlanjut, Pakai Drone Turuni Ngarai

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Global
AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

Global
[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

Global
Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Global
Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Global
Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Global
Wanita Ini Didiagnosis Mengidap 'Otak Cinta' Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Wanita Ini Didiagnosis Mengidap "Otak Cinta" Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Global
Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Global
Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Global
Wakil Menteri Pertahanan Rusia Ditahan Terkait Skandal Korupsi

Wakil Menteri Pertahanan Rusia Ditahan Terkait Skandal Korupsi

Global
Olimpiade Paris 2024, Aturan Berpakaian Atlet Perancis Berbeda dengan Negara Lain

Olimpiade Paris 2024, Aturan Berpakaian Atlet Perancis Berbeda dengan Negara Lain

Global
Adik Kim Jong Un: Kami Akan Membangun Kekuatan Militer Luar Biasa

Adik Kim Jong Un: Kami Akan Membangun Kekuatan Militer Luar Biasa

Global
Bandung-Melbourne Teken Kerja Sama di 5 Bidang

Bandung-Melbourne Teken Kerja Sama di 5 Bidang

Global
Mengenal Batalion Netzah Yehuda Israel yang Dilaporkan Kena Sanksi AS

Mengenal Batalion Netzah Yehuda Israel yang Dilaporkan Kena Sanksi AS

Global
Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com