Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Bawang di Filipina Jadi Jauh Lebih Mahal dari Daging, Ini Penyebabnya

Kompas.com - 19/01/2023, 07:01 WIB
BBC News Indonesia,
Irawan Sapto Adhi

Tim Redaksi

Kampanye Marcos menjual gagasan kepada para pemilih bahwa kediktatoran merupakan "zaman keemasan", yang ironisnya kini digunakan oleh banyak orang di media sosial yang berkelakar bahwa "emas" yang dimaksud adalah bawang bombai.

Baca juga: Polisi Filipina Diduga Korupsi Narkoba, 300 Kolonel dan Jenderal Didesak Mundur

Sayuran ketiga yang paling banyak diproduksi di dunia

Cindy van Rijswick, analis buah dan sayur di Rabobank, mengatakan bahwa secara tradisional, Filipina adalah negara pengimpor bawang bombai karena mereka mengonsumsinya lebih banyak daripada menghasilkannya.

Kebutuhan bawang bombai sangat fluktuatif, dari hanya lima juga kilo pada 2011 menjadi 132 juta kilo pada 2016.

"Mereka biasanya membeli dari India, China dan Belanda, tergantung harga dan ketersediaan," kata van Rijswick.

Salah satu penyebab ketergantungan ini karena sebagian besar produksi bawang bombai Filipina berumur pendek karena pengaruh kondisi iklimnya.

Menurut Van Rijswick, itu berbeda dengan beberapa wilayah Eropa Utara dan Amerika Utara, di mana bawang merah dapat disimpan hingga satu tahun dalam kondisi yang tepat.

"Di sebagian besar wilayah di dunia, bawang bombai adalah salah satu dari tiga sayuran yang paling banyak dikonsumsi. Itu sebabnya bawang bombai juga merupakan sayuran yang paling banyak diproduksi ketiga di dunia dari segi volume. Hanya tomat dan mentimun yang volume produksinya lebih besar," kata dia.

Baca juga: Sejumlah Perwira Polisi Filipina Dituding Terlibat Perdagangan Narkoba

Harga bawang juga naik di tempat lain

Harga bawang bombai juga meningkat di beberapa negara lain.

Salah satu contohnya adalah Brasil, yang memiliki akumulasi peningkan tertinggi pada 2022, yakni sebesar 130,14 persen berdasarkan data resmi.

Alasan kenaikan harga itu antara lain pengurangan jumlah lahan pertanian serta biaya produksi yang lebih tinggi, sebab bahan seperti pupuk dan pestisida dipengaruhi oleh nilai tukar internasional dan perang di Ukraina.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com