KOMPAS.com - Kabar terbaru tentang pesawat Yeti Airlines jatuh di Nepal sejauh ini telah menewaskan 68 orang.
Sementara itu, kotak hitam pesawat tersebut ditemukan ketika harapan menemukan korban selamat disebut nihil.
Rangkuman berita-berita Populer Global sepanjang Senin (16/1/2023) hingga Selasa (17/1/2023) pagi dapat Anda baca selengkapnya di bawah ini:
Baca juga: Iran Segera Terima Sukhoi Su-35 dari Rusia, Pesan Rudal dan Helikopter Juga
Tragedi pesawat Yeti Airlines yang jatuh di Nepal pada Minggu (15/1/2023) menewaskan sedikitnya 68 orang.
Pesawat ATR 72-500 bermesin ganda dengan penerbangan domestik dari Kathmandu ke Pokhara tersebut mengangkut 72 orang.
Selain mengangkut penumpang lokal, pesawat tersebut mengangkut lima orang India, empat orang Rusia, satu orang Irlandia, dua orang Korea Selatan, satu orang Australia, satu orang Perancis, dan satu orang Argentina.
Baca selengkapnya di sini.
Baca juga: Kisah Pilu Kopilot Yeti Airlines, 16 Tahun Lalu Suaminya Juga Tewas Saat Terbangkan Pesawat
Tim pencari akhirnya menemukan kotak hitam pesawat Yeti Airlines yang jatuh di Nepal pada Senin (16/1/2023).
Temuan perangkat perekam audio di kokpit dan perekam data penerbangan itu dapat digunakan untuk membantu penyelidik menentukan penyebab pesawat Yeti Airlines jatuh.
Pesawat Yeti Airlines ATR 72 tersebut diketahui membawa 72 orang saat kecelakaan pada Minggu (15/1/2023) pagi. Kondisi cuaca saat itu cerah.
Baca selengkapnya di sini.
Invasi Rusia ke Ukraina memasuki hari ke-326 pada Minggu (15/1/2023) sejak dimulai pada 24 Februari 2022.
Wali Kota Dnipro menyampaikan, hanya ada sedikti kemungkinan menemukan korban selamat dari reruntuhan apartemen yang hancur akibat gelombang serangan rudal Rusia.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan, seorang anak termasuk di antara 25 orang yang dipastikan tewas sejauh ini dan 73 orang terluka akibat serangan rudal Rusia di apartemen tersebut. Masih ada 43 orang yang dilaporkan hilang.
Baca selengkapnya di sini.
Baca juga: Rusia-Belarus Mulai Latihan Militer Bersama, Ukraina Khawatirkan Serangan Baru