Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PBB: Bendungan Besar Dunia Bisa Kehilangan Seperempat Kapasitasnya pada 2050

Kompas.com - 12/01/2023, 14:30 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber Guardian

BRUSSEL, KOMPAS.com - Ribuan bendungan besar di dunia berpotemsi tersumbat oleh sedimen sehingga berisiko kehilangan lebih dari seperempat kapasitas penyimpanannya pada tahun 2050.

Ini hasil kesimpulan para peneliti PBB, memperingatkan ancaman terhadap masa depan air di bendungan.

Dilansir dari Guardian, sebuah studi baru dari Institut Air, Lingkungan, dan Kesehatan Universitas PBB menemukan bahwa, pada pertengahan abad mendatang, bendungan dan waduk akan kehilangan sekitar 1,65tr meter kubik kapasitas penyimpanan air menjadi sedimen.

Baca juga: Rangkuman Hari ke-241 Serangan Rusia ke Ukraina: Ukraina Disebut Akan Ledakkan Bendungan Nova Kakhovka, Menlu AS dan Rusia Kembali Berdiskusi

Angka tersebut mendekati gabungan penggunaan air tahunan di India, China, Indonesia, Perancis, dan Kanada.

"Itu penting," kata para peneliti. "Bendungan besar ini adalah sumber utama pembangkit listrik tenaga air, pengendalian banjir, irigasi, dan air minum di seluruh dunia."

"Penyimpanan air global akan berkurang sekarang dan itu perlu diperhitungkan secara serius," kata salah satu penulis studi dan direktur institut, Vladimir Smakhtin, kepada AFP.

Para peneliti mengamati hampir 50.000 bendungan besar di 150 negara, dan menemukan bahwa mereka telah kehilangan sekitar 16 persen kapasitas penyimpanan airnya.

Baca juga: Rangkuman Hari ke-240 Serangan Rusia ke Ukraina, Pengerahan 70.000 Tentara Belarusia, Ancaman ke Bendungan di Kherson

Mereka memperkirakan bahwa jika tingkat penumpukan berlanjut dengan kecepatan yang sama, itu akan meningkat menjadi sekitar 26 persen pada pertengahan abad.

Sungai secara alami mencuci sedimen di hilir ke lahan basah dan pantai, tetapi bendungan mengganggu aliran ini dan seiring waktu penumpukan endapan berlumpur ini secara bertahap mengurangi ruang untuk air.

Smakhtin mengatakan bahwa hal ini membahayakan keberlanjutan pasokan air di masa depan bagi banyak orang, serta menimbulkan risiko bagi irigasi dan pembangkit listrik.

Baca juga: Korea Utara Diduga Lepas Air Bendungan Tiba-tiba, Korea Selatan Desak Warga Mengungsi dari Perbatasan

Akumulasi sedimen juga dapat menyebabkan banjir di hulu dan berdampak pada habitat satwa liar dan populasi pesisir di hilir.

Sedimentasi adalah bagian dari masalah yang lebih besar. Pada tahun 2050, puluhan ribu bendungan besar akan mendekati atau melewati umur yang diharapkan.

Sebagian besar dari 60.000 bendungan besar dunia yang dibangun antara tahun 1930 dan 1970, dirancang untuk bertahan 50 hingga 100 tahun, setelah itu berisiko gagal, mempengaruhi lebih dari setengah populasi global yang akan tinggal di hilir.

Bendungan dan waduk besar didefinisikan sebagai lebih tinggi dari 15 meter (49 kaki), atau setidaknya setinggi lima meter sambil menahan tidak kurang dari 3 meter kubik air.

Baca juga: Jenazah Eril Akhirnya Ditemukan pada 8 Juni di Bendungan Engehalde Swiss

Pemanasan global menambah risiko dengan cara yang belum sepenuhnya diukur.

“Perubahan iklim ekstrem seperti banjir dan kekeringan akan meningkat, dan intensitas hujan yang lebih tinggi akan lebih erosif,” kata Smakhtin.

Baca juga: Banjir Parah Melanda Brasil, 2 Bendungan Jebol, 20 Tewas dan Puluhan Ribu Mengungsi

Hal ini tidak hanya meningkatkan risiko luapan waduk tetapi juga mempercepat penumpukan sedimen, yang memengaruhi keamanan bendungan, mengurangi kapasitas penyimpanan air, dan menurunkan produksi energi di bendungan pembangkit listrik tenaga air.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Guardian

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com