Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diaspora Indonesia Hidup di Tengah Perang Ukraina: Mati Lampu 10 Jam, Ketakutan Disetop Tentara

Kompas.com - 05/01/2023, 20:31 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

Listrik terbatas, harga melonjak

Benni mengatakan, berbagai bisnis di Ukraina kini masih terus beroperasi, namun kerap terganggu, akibat aliran listrik terbatas. Ia menjelaskan bahwa sejak beberapa bulan lalu, banyak pusat-pusat energi, seperti penghangat, listrik, dan gas yang terkena bom.

“Jadi sekarang itu kami dibatasi untuk penggunaan listrik dan gas juga. Jadi, bisa mati lampu 10 jam, hidup lampu cuma sejam, habis itu mati sampai enam jam, kami tunggu. Untuk restoran-restoran banyak yang tutup,” ujar pria yang memiliki pelanggan lebih dari 720.000 di YouTube ini.

Walau tidak terjadi kepanikan dalam membeli berbagai barang seperti di awal perang, harga-harga bahan makanan kini melonjak dua hingga tiga kali lipat.

Baca juga: Serangan Mematikan Ukraina Ungkap Kelemahan Baru Rusia

Kembali ke Sekolah

Anak-anak di Ukraina, termasuk Uli, putri Benni pun sudah kembali ke sekolah. Walau sempat trauma dengan suara sirene alarm yang menandakan serangan udara, kini Uli sudah mulai terbiasa dan tahu apa yang harus dilakukan.

Jika sirene alarm berbunyi, sekolah-sekolah pun akan langsung membawa para murid berlindung di dalam bunker. Benni mengaku bahwa rasa khawatir ketika mengirim putrinya ke sekolah pasti ada. Namun, sebagai orang tua, ia ingin membuat anaknya hidup lebih nyaman.

“Karena dia di rumah bosan terus. Pada awalnya juga dia trauma dengar alarm. Tapi sekarang dia sudah mulai biasa. Kalau ada alarm, ya sudah tahu dia (harus) berbuat apa, kayak mempersiapkan tasnya. Karena di tasnya sudah dipersiapkan makanan, buku, senter, pokoknya persiapan untuk berlindung. Jadi, kalau misalnya benar-benar ada pengeboman, sudah ada bekal,” jelas Benni.

Baca juga: 89 Tentara Rusia Tewas Diserang Roket Ukraina, Kelompok Nasionalis: Komandan Tidak Becus

Dituduh bohong tentang perang

Terkait dengan perang, Benni mengaku para warga Indonesia yang tinggal di Ukraina, termasuk dirinya, kerap mendapatkan komentar negatif atau dianggap menyebarkan berita bohong.

Ia pun meminta warga Indonesia, khususnya yang tidak mengetahui persis situasi di Ukraina, agar tidak terprovokasi dengan hanya satu berita yang mendukung Rusia.

"Sedangkan kami di (Ukraina), WNI yang memberikan informasi langsung, yang tinggal di Ukraina, langsung di judge sama orang Indonesia itu sendiri katanya, 'ah, bohong. Kalian itu menyebarkan berita hoaks'. Jadi mohon untuk (mengecek silang) setiap berita yang kalian lihat," tambah Benni.

Baca juga: Saat Kelompok Janda Tentara Rusia Minta Putin Perintahkan Mobilisasi Pasukan Besar-besaran di Ukraina...

Memilih Menetap di Indonesia

Erni Dona Poltavtseva saat mengungsi pasca invasi Rusia di UkrainaDOKUMENTASI DONA via VOA INDONESIA Erni Dona Poltavtseva saat mengungsi pasca invasi Rusia di Ukraina

Lain halnya dengan Benni, diaspora Indonesia, Erni Dona Polsavtseva yang sempat tinggal di ibu kota Kyiv bersama suami dan putranya, kini memutuskan untuk menetap sementara di Indonesia.

Ketika terjadi invasi Rusia di Ukraina, Dona memutuskan pulang terlebih dahulu bersama putranya ke Indonesia. Suami Dona, yang adalah warga negara Ukraina, menyusul sekitar enam bulan kemudian, karena harus mengamankan orang tuanya ke negara lain terlebih dahulu.

“Ada alasan tersendiri suami saya bisa keluar dari Ukraina, karena anak kami itu autis,” ujar Dona.

Dona yang adalah seorang pencipta konten di media sosial menambahkan, pria Ukraina yang punya anak berkebutuhan khusus, diperbolehkan keluar dari Ukraina. Jika terhindar dari wajib militer, pria tersebut dapat bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com