Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Kompas.com - 05/01/2023, 09:15 WIB

BEIJING, KOMPAS.com - Data dari China menunjukkan tidak ada varian baru Covid-19 yang ditemukan di sana, kata Direktur Kedaruratan WHO Mike Ryan pada Rabu (4/1/2023).

Namun, China dinilai kurang menyebutkan berapa banyak orang yang meninggal saat Covid-19 menyebar cepat setelah pembatasan dilonggarkan.

Beberapa negara mengkhawatirkan keakuratan pelaporan China tentang penyebaran wabah virus corona yang membuat rumah sakit kewalahan lagi sejak pelonggaran kebijakan nol-Covid.

Baca juga: Situasi Lonjakan Covid di China, RS Shanghai Penuh Pasien Lansia

Badan kesehatan dunia dari PBB itu merilis data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China (CDC), sehari setelah pejabat WHO bertemu dengan para ilmuwan China.

China melaporkan kematian akibat Covid setiap hari dalam angka tunggal.

Mike Ryan dalam media briefing mengatakan, angka saat ini yang diterbitkan China kurang mewakili rawat inap, pasien unit perawatan intensif, dan terutama kematian.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyatakan, induk kesehatan dunia tersebut sedang mencari data yang lebih cepat dan teratur dari China tentang rawat inap serta kematian.

"WHO prihatin dengan risiko kehidupan di China dan menegaskan kembali pentingnya vaksinasi, termasuk dosis booster untuk melindungi dari rawat inap, penyakit parah, dan kematian," ucapnya, dikutip dari Reuters.

Baca juga:

People's Daily, surat kabar resmi Partai Komunis China, membantah kritik terhadap kebijakan isolasi ketat yang memicu protes langka tahun lalu.

Lonjakan Covid di China terjadi setelah pemerintah pada Desember 2022 tiba-tiba melonggarkan pembatasan bertahun-tahun dari aturan nol-Covid yang ketat.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Otoritas kesehatan di luar negeri berusaha menentukan skala wabah dan bagaimana menghentikan penyebarannya.

Jumlah negara yang menerapkan aturan wajib seperti tes Covid pra-keberangkatan untuk kedatangan dari China pun terus bertambah, tetapi kebijakan itu dikritik Beijing.

Baca juga: Dites Positif Covid-19, Warga China Malah Kabur dari Karantina Bandara Korsel

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca tentang
Sumber Reuters
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+