Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebulan Jadi PM, Berapa Lama Pemerintahan Anwar Ibrahim Dapat Bertahan?

Kompas.com - 26/12/2022, 20:45 WIB
Ericssen,
Aditya Jaya Iswara

Tim Redaksi

KUALA LUMPUR, KOMPAS.comAnwar Ibrahim akhirnya berhasil mewujudkan ambisinya menjadi Perdana Menteri Malaysia setelah menunggu selama 24 tahun.

Pemerintahan Anwar yang memasuki usia sebulan pada Sabtu (24/12/2022) bergerak cepat dengan mengumumkan kabinet reformis, dan menerapkan sejumlah kebijakan terutama untuk mengatasi beban biaya hidup yang terus meningkat di "Negeri Jiran”.

Berkawinnya dua koalisi besar yang selama ini merupakan musuh bebuyutan politik masih mengejutkan warga Malaysia.

Baca juga: PM Anwar Ibrahim Tinjau Proyek Milliaran Dollar AS yang Disetujui Pendahulunya

Koalisi multi-etnik Pakatan Harapan pimpinan Anwar membangun perkawinan politik tidak terduga dengan koalisi Malay nasionalis Barisan Nasional.

Padahal, Pakatan Harapan dibentuk untuk mengakhiri rezim Barisan Nasional yang memimpin Malaysia selama 61 tahun hingga kekalahan mengejutkan pada pemilu Mei 2018.

Pertanyaan terbesar yang muncul adalah berapa lama koalisi yang diberi nama pemerintahan Persatuan Nasional ini dapat bertahan?

Pemilihan internal UMNO

Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim.KANTOR PERDANA MENTERI MALAYSIA via AP Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim.
Kunci kestabilan koalisi Anwar sangat bergantung kepada dukungan dari partai Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO).

Dukungan 30 kursi dari partai terbesar Malaysia itu memberikan mayoritas yang diperlukan Anwar di Dewan Rakyat.

Sokongan politik UMNO tidak terlepas dari dekatnya hubungan antara Anwar dengan Presiden UMNO Ahmad Zahid Hamidi. Kedua politisi ini adalah teman lama seperjuangan ketika bersama di UMNO.

Zahid diketahui memberikan dukungan terbuka membela Anwar ketika mantan Perdana Menteri Mahathir Mohamad mencopot Anwar sebagai deputinya pada September 1998.

Untuk menstabilkan koalisinya, Anwar memberi kepercayaan kepada Zahid sebagai Wakil Perdana Menteri Malaysia. Penunjukan ini bukan tanpa kontroversi, karena Zahid saat ini sedang terbelit 47 tuduhan penyuapan, pencucian uang, dan pelanggaran kepercayaan.

Tidak sedikit yang mempertanyakan komitmen Anwar terhadap pemerintahan bersih, mengingat Anwar tanpa dukungan Zahid tidak akan mampu menjadi perdana menteri.

Baca juga: Pemilu Malaysia: BN dan UMNO Gagal Bangkit bahkan Hancur Lebur

Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin.AFP Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin.
Namun, tidak semua faksi UMNO mendukung penuh Anwar. Faksi yang dipimpin mantan perdana menteri Ismail Sabri Yaakob diketahui lebih memilih berkoalisi dengan Perikatan Nasional pimpinan pendahulunya, Muhyiddin Yassin.

Pemilihan internal UMNO pada 2023 yang akan memilih presiden partai dan petinggi teras lainnya akan menjadi medan pertempuran antara faksi Zahid yang loyal kepada Anwar dan faksi Ismail yang setia dengan Muhyiddin.

Zahid saat ini masih menyandang status favorit, karena dukungan akar rumput yang kuat serta jabatan Wakil PM yang dipegangnya.

Akan tetapi, hasil buruk di pemilu negara bagian tahun depan dan melorotnya angka survei bisa menggoyang Pakatan Harapan seperti yang terjadi pada 2020 ketika koalisi 22 bulan pimpinan Mahathir kolaps.

Jika Zahid kembali terpilih, Anwar berpeluang besar memimpin selama lima tahun penuh untuk merealisasikan janji-janji kampanyenya.

Namun, jika Zahid gagal bertahan sebagai Presiden UMNO, pemimpin baru UMNO dapat menarik dukungan dari Anwar yang berarti menyudahi pemerintahannya yang baru akan berusia beberapa bulan.

Baca juga: Muhyiddin Yassin Kecewa Susunan Kabinet Anwar Ibrahim

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com