Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Muhammad Yusuf ElBadri
Mahasiswa Program Doktor Islamic Studies UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengkaji Islam dan Kebudayaan

Taliban dan Kebijakan Diskriminatif

Kompas.com - 24/12/2022, 07:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PEMERINTAH Taliban atas nama Islam melarang kaum perempuan untuk berpendidikan dan menjadi terpelajar karena dianggap tidak sesuai dengan budaya Afghanistan.

Taliban yang menamai pemerintahan mereka dengan Emirat Islam Afganistan dan memerintah menurut cara-cara Islam, kini justru membuat kebijakan dengan melarang umat Islam untuk berpengetahuan.

Fakta Taliban melarang perempuan untuk berpendidikan menunjukkan bahwa gerakan yang bergerak atas nama Islam tidak selalu menunjukkan nilai-nilainya universal.

Baca juga: Taliban Larang Perempuan Afghanistan Kuliah, Langsung Terima Kecaman

Gerakan yang mengatasnamakan Islam memang tak jarang melawan semangat dan ajaran Islam itu sendiri. Kebijakan Taliban adalah salah satunya.

Oleh sebab itu, pelarangan Taliban atas pendidikan bagi perempuan mesti ditolak dan dilawan. Seluruh dunia Islam harus bergerak dan mengecam larangan berpendidikan itu.

Dan pemerintahan Taliban juga tidak layak disebut sebagai pemerintahan Islam sebab kebijakannya, selain merusak citra Islam juga membuat umat Islam kian terbelakang.

Jamaluddin Afgani, seorang pembaharu Islam asal Afghanistan (1838-1897) lebih satu abad lalu telah menyatakan dengan tegas bahwa salah satu sebab umat Islam tertinggal dari Barat adalah karena umat Islam menjauh dari ajaran Islam.

Ajaran Islam yang dimaksud adalah tentang pentingnya pendidikan, ilmu pengetahuan dan sains.

Pada masa kemunduran umat Islam, setelah kekhalifahan Abbasiyah dihancurkan oleh Hulagu Khan pada tahun 1257, umat Islam kehilangan dokumen pengetahuannya.

Buku-buku tentang astronomi, kedokteran, sejarah, filsafat, teologi dan sains dihanyutkan oleh Hulagu Khan ke sungai Tigris. Air sungai Tigris itu sampai berubah menjadi hitam saking banyaknya buku yang dimusnahkan.

Sejak masa itu, umat Islam kehilangan pengetahuan dan hidup dalam penjajahan hingga abad 18. Pada awal abad 19 barulah kehidupan umat Islam bangkit kembali lewat modernisasi Islam dan penerjemahan buku.

Sejak masa itu, kehidupan umat Islam di berbagai wilayah menunjukkan eksistensinya hingga sekarang.

Selama lebih lima abad lamanya umat Islam hidup dalam kejumudan, tidak menguasai ilmu dan sains hingga tertinggal dalam pergaulan dunia dan terjajah oleh Eropa.

Ketika umat Islam sedang giat-giatnya menyonsong kemajuan, membangun pendidikan, sains dan teknologi, pemerintah di tempat kelahiran Jamaludin Afghani justru berjalan menuju kemunduran kembali.

Taliban menyongsong gelap

Dari kabar yang beredar, alasan Taliban melarang perempuan melanjutkan pendidikan di universitas adalah karena ada studi yang dianggap tidak sesuai dengan budaya Afghanistan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Global
AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

Global
[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

Global
Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Global
Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Global
Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Global
Wanita Ini Didiagnosis Mengidap 'Otak Cinta' Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Wanita Ini Didiagnosis Mengidap "Otak Cinta" Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Global
Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Global
Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Global
Wakil Menteri Pertahanan Rusia Ditahan Terkait Skandal Korupsi

Wakil Menteri Pertahanan Rusia Ditahan Terkait Skandal Korupsi

Global
Olimpiade Paris 2024, Aturan Berpakaian Atlet Perancis Berbeda dengan Negara Lain

Olimpiade Paris 2024, Aturan Berpakaian Atlet Perancis Berbeda dengan Negara Lain

Global
Adik Kim Jong Un: Kami Akan Membangun Kekuatan Militer Luar Biasa

Adik Kim Jong Un: Kami Akan Membangun Kekuatan Militer Luar Biasa

Global
Bandung-Melbourne Teken Kerja Sama di 5 Bidang

Bandung-Melbourne Teken Kerja Sama di 5 Bidang

Global
Mengenal Batalion Netzah Yehuda Israel yang Dilaporkan Kena Sanksi AS

Mengenal Batalion Netzah Yehuda Israel yang Dilaporkan Kena Sanksi AS

Global
Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com