Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belanda Minta Maaf atas 250 Tahun Perbudakan Masa Kolonial, Kenapa Baru Sekarang?

Kompas.com - 20/12/2022, 11:02 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

DEN HAAG, KOMPAS.com - Belanda melalui Perdana Menteri Mark Rutte meminta maaf atas perbudakan selama 250 tahun di masa kolonial, pada Senin (19/12/2022).

Permintaan maaf ini datang hampir 150 tahun setelah berakhirnya perbudakan di koloni-koloni luar negeri Belanda, termasuk Suriname di Amerika Selatan, Indonesia di timur, serta pulau-pulau Karibia seperti Curacao dan Aruba.

"Hari ini atas nama Pemerintah Belanda, saya meminta maaf untuk tindakan negara Belanda di masa lalu," kata Rutte dalam pidatonya, dikutip dari kantor berita AFP.

Baca juga: Belanda Resmi Minta Maaf atas Perbudakan 250 Tahun di Masa Kolonial

Ia mengulangi permintaan maaf dalam bahasa Inggris, Papiamento (bahasa di Kepulauan Karibia), dan Sranan Tongo (bahasa Suriname).

"Negara Belanda... memikul tanggung jawab atas penderitaan besar yang menimpa orang-orang yang diperbudak dan keturunan mereka," lanjut Rutte kepada audiens di gedung National Archive, Den Haag.

Lalu, kenapa Belanda baru minta maaf sekarang dan bagaimana sejarah perbudakan di masa kolonial mereka? Berikut rangkumannya dikutip dari kantor berita AFP.

1. Bagaimana perdagangan budak Belanda dimulai?

Ilustrasi monopoli perdagangan di Kepulauan Maluku oleh VOC sekitar tahun 1605-1608.Wikimedia Commons Ilustrasi monopoli perdagangan di Kepulauan Maluku oleh VOC sekitar tahun 1605-1608.
Keterlibatan Belanda dalam perbudakan berjalan seiring perluasan wilayah kolonial dan perdagangannya di seluruh dunia pada abad ke-17, yang di dalam negeri disebut "Zaman Keemasan".

Setelah pendirian perusahaan dagang Dutch East India Company (VOC) pada 1602 dan Dutch West India Company (WIC) beberapa tahun kemudian, perdagangan termasuk jual-beli budak berkembang pesat.

Belanda dan kota-kotanya seperti Amsterdam menjadi sangat kaya, dan kekayaan ini membantu mendanai munculnya karya seni serta budaya yang menghasilkan seniman seperti Rembrandt.

Pengambilan signifikan pertama Belanda dalam perbudakan dimulai pada 1634 ketika seribu budak diculik dari Gold Coast (sekarang Ghana) ke Brasil oleh WIC untuk bekerja di perkebunan.

Pada tahun yang sama WIC merebut Curacao yang dengan cepat menjadi pusat perdagangan budak, dan pada 1667 Belanda merebut Suriname di pantai timur laut Amerika Selatan,.

Suriname kemudian berkembang menjadi koloni perkebunan dan sangat bergantung pada tenaga kerja budak dari Afrika. Sekitar 200.000 budak dibawa ke Suriname, totalnya menjadi sekitar 650.000.

Baca juga: Kenapa Banyak Orang Jawa di Suriname? Ini Sejarah dan Perbedaan Bahasanya

2. Bagaimana dengan di Timur?

Pembukaan perkebunan di kawasan Priangan sekitar tahun 1907-1937. Era budidaya tanaman kopi berdasarkan kerja paksa dimulai di Priangan pada awal abad ke-19. Konsep ini disebut Preangerstelsel. Sistem inilah yang kemudian mengilhami Cultuurstelsel atau tanam paksa di berbagai wilayah di Hindia Belanda.National Museum van Wereldculturen Pembukaan perkebunan di kawasan Priangan sekitar tahun 1907-1937. Era budidaya tanaman kopi berdasarkan kerja paksa dimulai di Priangan pada awal abad ke-19. Konsep ini disebut Preangerstelsel. Sistem inilah yang kemudian mengilhami Cultuurstelsel atau tanam paksa di berbagai wilayah di Hindia Belanda.
Keterlibatan Belanda dalam perdagangan budak di Samudera Hindia dan Asia kurang diteliti dengan baik, tetapi sama pentingnya, kata para ahli.

Budak dibawa terutama ke Cape Town dari Madagaskar modern, sementara di Hindia Belanda atau Indonesia saat ini, perdagangan budak berkembang pesat dengan orang-orang yang ditangkap dari anak benua India.

3. Kapan Belanda menghapus perbudakan?

Belanda adalah salah satu negara terakhir yang menghapus perbudakan, yaitu pada 1 Juli 1863.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com