Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Termasuk Negara Kekurangan Air, Begini Cara Qatar Berhasil Rawat Rumput Stadion Piala Dunia 2022

Kompas.com - 17/12/2022, 19:14 WIB
BBC News Indonesia,
Irawan Sapto Adhi

Tim Redaksi

DOHA, KOMPAS.com - Sebelum laga final Piala Dunia 2022 antara timnas Argentina lawan Perancis digelar pada Minggu (18/12/2022), lapangan rumput di Stadion Lusail bakal diguyur sekitar 300 ton air sejak awal turnamen.

Demi memastikan agar rumput tetap dalam kondisi baik di tengah iklim gurun Qatar yang terik, para petugas menghabiskan 10.000 liter per hari untuk menyiram semua lapangan sepak bola di sana, baik untuk pertandingan atau latihan.

Volume air yang luar biasa besar ini menegaskan tantangan yang dihadapi Qatar ketika menggelar turnamen akbar olah raga terbesar, mengatur pertumbuhan negaranya, serta berusaha mengurangi dampaknya pada lingkungan.

Baca juga: FIFA Tolak Permintaan Zelensky untuk Bicara Sebelum Pertandingan Final Piala Dunia Qatar

Qatar adalah negara paling kekurangan pasokan air sedunia.

Negeri gurun

Bagi para pekerja lapangan di delapan stadion yang digunakan selama piala dunia, permasalahan ini bisa saja lebih buruk.

Apabila turnamen digelar di musim panas seperti rencana awal, masing-masing stadion serta 136 lapangan latihan akan membutuhkan sekitar 50.000 liter air per hari.

Mereka mengatakan merawat lapangan-lapangan berkualitas bagus di Qatar memiliki tantangan level berbeda jika dibandingkan kondisi di negara-negara lain.

Meskipun mereka menggunakan air hasil daur ulang untuk menyiram cadangan rumput darurat seluas 425.000 meter persegi (setara dengan 40 lapangan) yang tumbuh di sebelah utara Kota Doha, persediaan air yang digunakan untuk menyirami lapangan rumput pertandingan dan latihan berasal dari sumber buatan atau desalinasi.

Baca juga: Pekerja Migran Meninggal di Piala Dunia Qatar Setelah Jatuh dari Atas Stadion Lusail

Desalinasi adalah proses menghilangkan kadar garam berlebih pada air laut guna menghasilkan air yang dapat dikonsumsi manusia, atau dalam konteks Piala Dunia, layak pakai.

"Kalau kami hanya mengandalkan sumber air alami, hanya ada 14.000 orang yang hidup di Qatar," ujar Radhouan Ben-Hamadou, profesor ilmu kelautan dari Qatar University.

"Itu pun masih belum cukup untuk mengisi seperempat satu stadion piala dunia," jelas dia.

Qatar tidak memiliki sungai, dan hanya mendapatkan kurang dari 10cm curah hujan setiap tahun.

Masalah yang terus muncul

Terdapat sekitar 2,9 juta orang yang tinggal di negara gurun tersebut.

Adanya perbedaan jumlah orang yang dapat hidup dari sumber air alami ketimbang populasi penduduk Qatar berarti ada kebutuhan air yang harus didapatkan dari tempat lain.

"Sebagian besar dari persediaan air itu berasal dari desalinasi, dan hampir 100 persen dari air itu digunakan untuk konsumsi rumah tangga," kata Dr Will Le Quesne, direktur wilayah Timur Tengah untuk UK Centre for Environment, Fisheries and Aquaculture Science.

Baca juga: Qatar Diduga Menyuap Pejabat Parlemen Eropa, Empat Tersangka Dituntut ke Pengadilan

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com