Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hakim di Nigeria Jatuhkan Vonis Hukuman Mati pada Ulama Atas Kasus Penistaan Agama

Kompas.com - 16/12/2022, 18:44 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Penulis: VOA Indonesia

KOMPAS.com - Pengadilan Syariah Islam Nigeria telah menjatuhkan vonis mati kepada seorang ulama Muslim Sufi terkemuka karena menghujat Nabi Muhammad, dalam sebuah hukuman mati yang jarang dijatuhkan pada seorang pemuka agama Islam.

Pengadilan Tinggi Syariah menjatuhkan hukuman itu kepada Sheikh Abduljabbar Nasiru Kabara karena khotbahnya yang menyimpang.

Pengadilan menyebut khotbah ulama itu salah menafsirkan beberapa teks agama sehingga menggambarkan nabi secara buruk.

Baca juga: Masjid di Nigeria Diserang Kelompok Bersenjata, 19 Jemaah Diculik

Penodaan agama merupakan masalah sensitif yang dapat berujung pada hukuman mati di selusin negara bagian berpenduduk mayoritas Muslim di Nigeria utara, di mana hukum Syariah berlaku secara bersamaan dengan hukum umum.

Meski demikian, hukuman mati jarang dilakukan.

Hakim Abdullahi Sarki Yola memutuskan Kabara bersalah atas pasal penistaan agama. Ia telah ditahan sejak penangkapannya pada Juli 2021.

“Pengadilan ini telah menetapkan semua dakwaan yang diajukan terhadap Anda dan dengan ini menghukum mati Anda sesuai dengan ketentuan Syariah tentang penodaan agama,” kata Yolda dalam sidang yang berlangsung selama satu jam itu.

Hakim memerintahkan penyitaan dua masjid Kabara dan perpustakaan pribadinya.

Kabara duduk diam sepanjang persidangan di ruang sidang yang dipenuhi pengacara dan wartawan, dengan puluhan polisi bersenjata dan personel paramiliter lainnya berjaga di luar.

Kabara keberatan dengan permohonan keringanan hukuman yang diajukan penasihatnya sambil tetap mempertahankan ketidakbersalahannya. Ia meminta para pengikutnya untuk tetap tenang.

Baca juga: Penyelamatan 3 Penumpang Gelap yang Bertahan 11 Hari di Daun Kemudi Kapal Tanker dari Nigeria

Kabara, yang berasal dari Tarekat Qadiriyyah Sufi, telah berselisih dengan ulama Muslim Sunni lainnya di Nigeria utara, khususnya Salafi ultra-konservatif.

Perselisihan mereka bermula dari pendekatan revisionisnya terhadap sejarah dan teologi Islam, yang menurutnya penuh dengan mitos, kebohongan, distorsi dan pemalsuan.

Sementara lawan Kabara menuduhnya menghina para sahabat nabi, yang beberapa di antaranya dituduh Kabara telah berbohong tentang nabi, dan dengan jahat menggambarkan nabi secara buruk.

Vonis penistaan agama yang diberikan kepada Kabara merupakan ketiga kalinya vonis serupa diberikan dalam beberapa tahun terakhir di Kano.

Pada Agustus 2020, pengadilan Syariah di kota itu menjatuhkan hukuman mati kepada penyanyi Yahaya Aminu Sharif dari Tarekat Sufi Tijjaniyya karena lagu yang ia bagikan secara online dinilai menghujat nabi. Kasusnya sedang diadili ulang.

Baca juga: Tiga Penumpang Gelap Bertahan 11 Hari di Daun Kemudi Kapal Tanker dari Nigeria ke Spanyol

Abdul Nyass, ulama Muslim Sufi Tijjaniyya, divonis mati pada 2015 karena penistaan terhadap nabi dalam khotbahnya. Hukuman itu belum dijalankan.

April lalu, pengadilan tinggi Kano memenjarakan Mubarak Bala, seorang ateis, selama 24 tahun karena unggahan online yang dinilai menistakan nabi. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Global
AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

Global
[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

Global
Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Global
Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Global
Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Global
Wanita Ini Didiagnosis Mengidap 'Otak Cinta' Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Wanita Ini Didiagnosis Mengidap "Otak Cinta" Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Global
Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Global
Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Global
Wakil Menteri Pertahanan Rusia Ditahan Terkait Skandal Korupsi

Wakil Menteri Pertahanan Rusia Ditahan Terkait Skandal Korupsi

Global
Olimpiade Paris 2024, Aturan Berpakaian Atlet Perancis Berbeda dengan Negara Lain

Olimpiade Paris 2024, Aturan Berpakaian Atlet Perancis Berbeda dengan Negara Lain

Global
Adik Kim Jong Un: Kami Akan Membangun Kekuatan Militer Luar Biasa

Adik Kim Jong Un: Kami Akan Membangun Kekuatan Militer Luar Biasa

Global
Bandung-Melbourne Teken Kerja Sama di 5 Bidang

Bandung-Melbourne Teken Kerja Sama di 5 Bidang

Global
Mengenal Batalion Netzah Yehuda Israel yang Dilaporkan Kena Sanksi AS

Mengenal Batalion Netzah Yehuda Israel yang Dilaporkan Kena Sanksi AS

Global
Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com