TANGGAL 7 Desember lalu, sekitar 650 orang berkumpul untuk menyambut kepulangan tim Samurai Biru di Bandara Narita, Jepang.
Tidak semua pemain ikut rombongan karena sebagian langsung kembali ke klub masing-masing, juga ada yang tiba melalui Bandara Haneda di Tokyo.
Saya mengikuti semua pertandingan tim yang dijuliki "Giant Killer", mulai babak penyisihan Grup E, sampai pertandingan 16 besar.
Walaupun hampir semua pertandingan berlangsung dini hari waktu Jepang, saya memaksakan diri menonton pertandingan 4 tahun sekali ini.
Masalah teknis tidak akan saya bahas pada tulisan kali ini. Alasannya, Anda bisa menemukan dengan mudah pembahasan mengenai topik tersebut.
Hal-hal lain, misalnya, bersih-bersih oleh suporter Jepang di stadion, maupun para pemain di ruang ganti, menurut saya, merupakan hal biasa. Setidaknya itu dapat saya lihat dan rasakan langsung melalui keseharian mereka di Jepang.
Sehingga tidak perlu analisis rumit karena kata kuncinya adalah, orang Jepang tidak mau membuat orang lain susah atau tidak nyaman.
Tentang Moriyasu Hajime yang membungkuk di tengah lapangan usai pertandingan melawan Kroasia juga tidak bisa ditebak apa artinya.
Sehingga saya tidak berhasrat menulis analisis, mengapa pelatih yang pernah membawa tim Hiroshima Sanfrecce menjadi juara 3 kali Liga Sepak Bola Jepang J-1 melakukan itu.
Orang boleh berargumen mengenai sudut membungkuk dengan urutan sekadar salam, lalu hormat kemudian paling besar (membungkuk paling dalam) adalah permintaan maaf.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.