Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Iran Akhirnya Bubarkan Polisi Moral Setelah Dilanda Demo Hampir 3 Bulan

Kompas.com - 04/12/2022, 16:52 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

TEHERAN, KOMPAS.com – Iran membubarkan unit polisi moralitas mereka setelah lebih dari dua bulan negara tersebut dilanda demonstrasi.

Demonstrasi itu dipicu oleh kematian Mahsa Amini setelah ditangkap oleh polisi moral Iran karena diduga melanggar aturan berpakaian.

Mahsa Amini disebut tidak mengenakan jilbab dengan sempurna.

Baca juga: Pejabat Iran Akhirnya Mengaku Ratusan Orang Tewas dalam Kerusuhan Pasca-kematian Mahsa Amini

"Polisi moralitas tidak ada hubungannya dengan peradilan dan telah dihapuskan," kata Jaksa Agung Iran Mohammad Jafar Montazeri pada Sabtu (3/12/2022) malam waktu setempat, sebagaimana diberitakan Kantor berita ISNA.

Komentarnya muncul di sebuah konferensi agama di mana dia menanggapi seorang peserta yang bertanya "mengapa polisi moral dibubarkan".

Polisi moralitas Iran yang dikenal secara formal sebagai Gasht-e Ershad atau "Patroli Bimbingan" didirikan di bawah presiden garis keras Mahmoud Ahmadinejad.

Mereka dibentuk untuk "menyebarkan budaya kesopanan dan hijab", penutup kepala perempuan.

Unit mulai berpatroli pada 2006.

Diberitakan AFP, pengumuman pembubaran polisi moral Iran datang sehari setelah Montazeri mengatakan bahwa baik parlemen maupun kehakiman sedang bekerja dalam persoalan ini, apakah undang-undang yang mewajibkan perempuan untuk menutupi kepala mereka perlu diubah atau tidak.

Baca juga: Iran Umumkan Hukuman Mati Pertama Terkait Protes Kematian Mahsa Amini

Sementara itu, Presiden Ebrahim Raisi pada Sabtu (3/12/2022) seperti memberikan kode adanya perubahan kebijakan.

Dia mengatakan dalam komentar yang disiarkan di televisi, bahwa yayasan republik dan Islam Iran secara konstitusional mengakar, tetapi ada metode penerapan konstitusi yang bisa fleksibel.

Penjelasan keluarga Mahsa Amini

Mahsa Amini meninggal di rumah sakit pada hari Jumat setelah tiga hari dalam keadaan koma.REUTERS/IRANWIRE via ABC INDONESIA Mahsa Amini meninggal di rumah sakit pada hari Jumat setelah tiga hari dalam keadaan koma.

Kerabat Mahsa Amini, Erfan Mortezaei, sebelumnya mengatakan sepupunya tersebut disiksa dan dihina sebelum meninggal.

Mortezaei menyampaikan penjelasan tersebut dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Sky News pada akhir September

Dia meminta masyarakat internasional untuk meminta pertanggungjawaban rezim Iran atas kematian Mahsa Amini.

Mortezaei adalah anggota keluarga Mahsa Amini pertama yang berbicara kepada media Barat sejak kematian Mahsa Amini diumumkan pada 16 September.

Baca juga: Iran Tangkap Jurnalis yang Wawancarai Ayah Mahsa Amini

Sebelum diumumkan meninggal, Mahsa Amini ditangkap polisi moral Iran di Teheran karena dianggap tidak menutupi kepalanya dengan benar pada 13 September.

Kematian Mahsa Amini memicu aksi protes besar dan merembet dengan cepat ke seluruh penjuru negeri, serta menarik perhatian internasional.

Kemarahan atas kematian Mahsa Amini meningkat menjadi beberapa demo serius di Iran, dengan puluhan orang tewas ketika pihak berwenang berusaha untuk menekan kerusuhan.

Demo bahkan kini berkembang dengan mengambil sikap anti-pemerintah Iran.

Mortezaei sendiri adalah seorang aktivis politik dan pejuang Peshmerga yang tinggal di Irak, dekat perbatasan Iran.

Berbicara kepada Sky News di Sulaymaniyah, wilayah Kurdi di Irak utara, Mortezaei menyampaikan bahwa Mahsa Amini awalnya berbelanja di Teheran dengan sejumlah kerabat termasuk saudara laki-lakinya, Ashkan.

Menurut dia, rombongan Mahsa Amini tiba-tiba diadang oleh polisi moral.

“Ketika mereka melihat Mahsa dan yang lainnya, mereka menyebut jilbabnya tidak benar. Ashkan mencoba menjelaskan kepada mereka bahwa mereka tidak berada di kota asal mereka, dan orang asing di Teheran, jadi tolong pertimbangkan itu dan mohon untuk tidak dibawa pergi,” kata Mortezaei.

Baca juga: Demo Iran Terkini: Akses Internet di Kota Kelahiran Mahsa Amini Diputus

“Petugas polisi menyemprotkan merica ke wajah Ashkan dan memaksa Mahsa masuk ke dalam van dan membawanya ke kantor polisi moral,” sambung Mortezaei.

Dia menutukan, seorang saksi yang berada di dalam van telah memberi tahu keluarga apa yang terjadi selanjutnya.

“Selama perjalanan ke kantor polisi dia disiksa dan dihina,” ucap Mortezaei.

Sesampainya di kantor polisi, Mahsa Amini mulai kehilangan penglihatannya dan pingsan. Dia kemudian dilarikan ke rumah sakit.

“Ada laporan dari rumah sakit Kasra (di Teheran) yang mengatakan secara efektif pada saat dia sampai di rumah sakit dia sudah meninggal dari sudut pandang medis. Dia menderita gegar otak akibat pukulan di kepala,” papar Mortezaei.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com