Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dibayar Rp 1,7 Miliar Setahun, Karyawan Ini Komplain Tak Melakukan Apa pun

Kompas.com - 04/12/2022, 12:45 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

DUBLIN, KOMPAS.com – Seorang karyawan jaringan kereta api nasional Irlandia, Irish Rail, protes karena dia digaji hampir 108.000 euro (Rp 1,7 miliar) dalam setahun tapi tidak melakukan apa-apa.

Pria bernama Dermot Alastair Mills yang menjabat sebagai manajer keuangan tersebut mengatakan, dia hanya makan siang dan membaca koran sepanjang hari dan itu menurutnya adalah diskriminasi.

Dia mengeklaim, setelah melapor tentang akuntansi perusahaan pada 2014, dia secara bertahap dibebastugaskan dari hampir semua tugasnya.

Baca juga: Layanan Kereta Api di Austria Berhenti Total karena Karyawan Mogok Massal Minta Naik Gaji

Hingga akhirnya, dia menghabiskan sebagian besar waktunya di tempat kerja hanya untuk makan siang dan membaca koran.

Terlepas dari semua ini, dia masih mencairkan gajinya setiap bulan, sebagaimana dilansir Oddity Central, Jumat (2/12/2022).

“Saya membeli dua surat kabar, Times dan Independent, dan sandwich. Saya pergi ke meja saya, saya menyalakan komputer saya, saya melihat email. Tidak ada email yang terkait dengan pekerjaan, tidak ada pesan, tidak ada komunikasi, tidak ada komunikasi kolega,” kata Mills kepada Komisi Hubungan Tempat Kerja Irlandia (WRC).

Dia menambahkan, sekitar pukul 10.30, jika ada email yang masuk dan butuh jawaban, dia baru menjawabnya.

Baca juga: Usai Pecat Ribuan Karyawan, Elon Musk Buka Lowongan Pekerjaan di Twitter

“Jika ada pekerjaan yang terkait, saya melakukan pekerjaan itu. Saya akan mengatakan jika saya mendapatkan sesuatu yang mengharuskan saya melakukan pekerjaan sekali dalam sepekan, saya akan senang,” ujar Mills.

Mills menuturkan, dia bertanggung jawab jawab atas anggaran modal senilai sekitar 250 juta euro (Rp 4 triliun) sejak 2000 hingga krisis pada 2007.

Dia dipromosikan menjadi manajer keuangan pada 2010.

Namun, kariernya mulai berantakan pada 2013 ketika dia diduga diintimidasi saat menjalani jabatan barunya dan dipaksa mengambil cuti sakit selama tiga bulan.

Mills mengklaim bahwa, ketika dia kembali, dia melihat "masalah tertentu" dengan debitur.

Baca juga: Gonjang-ganjing Twitter: Karyawan Ogah Kerja Hardcore, Ratusan Resign, Kantor Ditutup

Dia lantas mengirimkan laporan dengan maksud itikad baik kepada CEO Irish Rail pada Maret 2014, sebelum membuat pengungkapan yang dilindungi kepada Menteri Transportasi Irlandia.

Sejak saat itu, tanggung jawabnya di perusahaan telah dipangkas, begitu pula portofolio anggarannya.

Mills mengatakan bahwa ketika pengacaranya mengatakan bahwa dia dibayar untuk tidak melakukan apa-apa, dia berbicara tentang menggunakan keahliannya.

Mills menambahkan bahwa dia merasa dikucilkan dan dia telah dikecualikan dari rapat perusahaan serta kesempatan pelatihan.

Kasus tersebut dijadwalkan untuk menjalani sidang pada awal tahun depan.

Baca juga: Menyusul Twitter, Perusahaan Induk Facebook Berencana PHK Massal Karyawan Minggu Ini

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Bus Terjun ke Jurang di Afrika Selatan, 45 Orang Tewas, Hanya Gadis 8 Tahun yang Selamat

Bus Terjun ke Jurang di Afrika Selatan, 45 Orang Tewas, Hanya Gadis 8 Tahun yang Selamat

Global
Rusia Klaim Punya Bukti Pelaku Penembakan Konser Moskwa Terkait dengan Ukraina

Rusia Klaim Punya Bukti Pelaku Penembakan Konser Moskwa Terkait dengan Ukraina

Global
Mahkamah Internasional Perintahkan Israel Pastikan Bantuan Kemanusiaan Sampai Gaza 

Mahkamah Internasional Perintahkan Israel Pastikan Bantuan Kemanusiaan Sampai Gaza 

Global
[POPULER GLOBAL] Korban Suplemen di Jepang Bertambah | Padmarajan 238 Kali Kalah di Pemilu

[POPULER GLOBAL] Korban Suplemen di Jepang Bertambah | Padmarajan 238 Kali Kalah di Pemilu

Global
Atas Usul Indonesia, UNESCO Akui Idul Fitri dan Idul Adha Jadi Hari Besar Keagamaan

Atas Usul Indonesia, UNESCO Akui Idul Fitri dan Idul Adha Jadi Hari Besar Keagamaan

Global
Dampak Penembakan Konser Moskwa, Etnis Tajik Alami Rasialisme di Rusia

Dampak Penembakan Konser Moskwa, Etnis Tajik Alami Rasialisme di Rusia

Global
Putin Tak Berencana Kunjungi Keluarga Korban Penembakan Konser Moskwa

Putin Tak Berencana Kunjungi Keluarga Korban Penembakan Konser Moskwa

Global
WHO Soroti Peningkatan Cyberbullying, Pengaruhi 1 dari 6 Anak Sekolah

WHO Soroti Peningkatan Cyberbullying, Pengaruhi 1 dari 6 Anak Sekolah

Global
TikTok Larang Influencer Australia Promosikan Produk Kantong Nikotin

TikTok Larang Influencer Australia Promosikan Produk Kantong Nikotin

Global
Otoritas Palestina Umumkan Kabinet Baru, Respons Seruan Reformasi

Otoritas Palestina Umumkan Kabinet Baru, Respons Seruan Reformasi

Global
Kisah Kota Emas Gordion di Turkiye dan Legenda Raja Midas

Kisah Kota Emas Gordion di Turkiye dan Legenda Raja Midas

Global
Penembakan Massal Konser Moskwa, Apakah Band Picnic Sengaja Jadi Sasaran?

Penembakan Massal Konser Moskwa, Apakah Band Picnic Sengaja Jadi Sasaran?

Global
AS Abstain dalam Resolusi DK PBB soal Gaza, Hubungan dengan Israel Retak?

AS Abstain dalam Resolusi DK PBB soal Gaza, Hubungan dengan Israel Retak?

Global
Pesan Paskah Raja Charles III Setelah Didiagnosis Kanker

Pesan Paskah Raja Charles III Setelah Didiagnosis Kanker

Global
Interpol Ungkap Fakta Jaringan Global Perdagangan Manusia di Asia Tenggara

Interpol Ungkap Fakta Jaringan Global Perdagangan Manusia di Asia Tenggara

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com