WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Situasi AS saat ini genting dengan ideologi anti-semit dan supremasi kulit putih. Hal ini kian mengemuka saat rapper kontroversial Kanye West memuja Adolf Hitler, pembantai jutaan nyawa lewat holocaust, dan juga menyanjung Nazi.
Kegelisahan tentang penyebaran ujaran kebencian pun kian masif.
Di AS sendiri, dilansir dari AFP, hal ini diperburuk oleh keputusan Elon Musk untuk mengurangi moderasi sejak dia membeli Twitter bulan lalu.
Baca juga: Kanye West Puji Adolf Hitler, Begini Peringatan Keras Joe Biden
Data yang diterbitkan pada hari Jumat (4/12/2022) oleh Anti-Defamation League menunjukkan bahwa ketakutan tersebut terbukti nyata.
Cuitan anti-Semit yang merujuk pada Yahudi dan Yudaisme melonjak lebih dari 60 persen dalam dua minggu setelah pengambilalihan Musk, sejalan dengan peningkatan keseluruhan dalam ujaran kebencian.
Retorika tersebut diimbangi dengan meningkatnya insiden kebencian yang diarahkan pada orang-orang Yahudi.
Baca juga: Kanye West Tak Ragu Puji Hitler dan Nazi, Partai Republik Kelimpungan
Liga Anti-Pencemaran Nama Baik menemukan bahwa laporan pelecehan, vandalisme, dan kekerasan terhadap orang Yahudi mencapai titik tertinggi sepanjang masa di AS pada tahun 2021.
Dua tahun sebelumnya pada 2019, negara itu dikejutkan oleh penembakan mematikan yang menargetkan sinagog di California dan Pittsburgh.
Dalam kedua kasus tersebut, para penyerang adalah bagian dari sayap kanan jauh berbasis internet yang lebih luas yang mendukung kebencian terhadap Muslim, orang kulit hitam, imigran dan Yahudi, dan mengadvokasi masyarakat Kristen Kaukasia berdasarkan budaya Eropa.
Baca juga: Rapper Kontroversial Kanye West Calonkan Diri jadi Presiden AS, Minta Trump jadi Wakilnya
Serangan kembar itu memperkuat kekhawatiran bahwa kebencian anti-Semit semakin menjadi titik kumpul bagi supremasi kulit putih Amerika yang bangkit kembali, yang mendapat dorongan diam-diam dari kegagalan Trump untuk secara tegas mengutuk ideologi mereka.
Kritik terhadap mantan presiden, termasuk pemberontak Republik seperti Liz Cheney, menuduh partai di bawah pengaruh Trump memungkinkan supremasi kulit putih dan anti-Semitisme.
Dan Presiden AS Joe Biden sendiri, yang mengatakan dia meninggalkan pensiun untuk mencalonkan diri sebagai presiden setelah dia mendengar Trump menolak untuk secara jelas mengecam unjuk rasa neo-Nazi di Charlottesville pada tahun 2017.
Baca juga: Presiden Perancis Sindir PM Polandia Sebagai Anti-Semit dan Sayap Kanan
Biden, telah berulang kali berbicara menentang ideologi yang disebutnya merobek jiwa bangsa.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.