Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

New York dan Singapura Jadi Kota dengan Biaya Hidup Termahal di Dunia, Geser Tel Aviv

Kompas.com - 02/12/2022, 10:54 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber AFP

LONDON, KOMPAS.com - New York dan Singapura jadi kota dengan biaya hidup termahal di dunia 2022 setelah inflasi melonjak pada tahun ini.

Data tersebut merujuk pada hasil survei tahunan yang dirilis Economist Intelligence Unit (EIU) asal London pada Kamis (1/12/2022).

Dua kota itu menggeser Tel Aviv yang menempati nomor satu sebagai kota dengan biaya hidup termahal di dunia 2021.

Baca juga: Ini Daftar Kota Termahal di Dunia 2022, Kota di Indonesia Termasuk?

Tel Aviv kini berada di posisi ketiga dalam indeks Biaya Hidup Sedunia tersebut.

Survei mengungkapkan, melonjaknya biaya hidup di kota-kota terbesar di dunia terjadi karena perang di Ukraina dan berlanjutnya pembatasan pandemi mengganggu rantai pasokan, terutama untuk energi dan makanan.

Sebagaimana dikutip dari Kantor berita AFP, New York mencapai posisi teratas untuk pertama kalinya pada tahun ini, sementara Damaskus dan Tripoli tetap menjadi kota dengan biaya hidup termurah di dunia.

Survei EIU menemukan harga kebutuhan hidup meroket rata-rata mencapai 8,1 persen di 172 kota besar.

Survei dilakukan antara bulan Agustus dan September 2022.

Survei EIU juga mendapati dampak dollar AS yang kuat pada peringkat London.

Sebanyak 50.000 harga di seluruh dunia dikonversi menjadi dollar.

Baca juga: Piala Dunia Qatar 2022, Termahal Sepanjang Masa

Mata uang AS telah melonjak pada tahun ini karena Federal Reserve menaikkan suku bunga dalam jumlah besar untuk mencoba dan menjinakkan inflasi yang tinggi selama beberapa dekade.

Selain New York, dua kota di AS, yakni Los Angeles dan San Francisco juga masuk ke sepuluh besar sebagai kota termahal di dunia.

Namun, pergerakan posisi naik paling signifikan terjadi pada Moskwa dan St Petersburg di Rusia.

Di mana, masing-masing kini menempati posisi 88 dan 70.

Naiknya posisi kedua kota itu diyakini terjadi karena salah satunya terdampak sanksi Barat.

Upasana Dutt, yang memimpin penelitian tersebut, menyebut perang di Ukraina, sanksi Barat terhadap Russia, dan kebijakan nol-Covid-19 Tiongkok telah menyebabkan masalah rantai pasokan.

Berbagai hal tersebut yang dikombinasikan dengan kenaikan suku bunga dan pergeseran nilai tukar, kata dia, telah mengakibatkan krisis biaya hidup di seluruh dunia

"Kami dapat dengan jelas melihat dampaknya dalam indeks pada tahun ini, dengan kenaikan biaya hidup rata-rata di 172 kota dalam survei kami. Ini menjadi (kenaikan biaya hidup) yang terkuat yang pernah kami lihat dalam 20 tahun di mana kami memiliki data digital," tambahnya.

Baca juga: Denim Antik Tahun 1880-an dari Tambang Tua Jadi Jeans Termahal di Dunia, Harganya Capai Rp 1,3 Miliar

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Global
AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

Global
[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

Global
Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Global
Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Global
Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Global
Wanita Ini Didiagnosis Mengidap 'Otak Cinta' Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Wanita Ini Didiagnosis Mengidap "Otak Cinta" Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Global
Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Global
Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Global
Wakil Menteri Pertahanan Rusia Ditahan Terkait Skandal Korupsi

Wakil Menteri Pertahanan Rusia Ditahan Terkait Skandal Korupsi

Global
Olimpiade Paris 2024, Aturan Berpakaian Atlet Perancis Berbeda dengan Negara Lain

Olimpiade Paris 2024, Aturan Berpakaian Atlet Perancis Berbeda dengan Negara Lain

Global
Adik Kim Jong Un: Kami Akan Membangun Kekuatan Militer Luar Biasa

Adik Kim Jong Un: Kami Akan Membangun Kekuatan Militer Luar Biasa

Global
Bandung-Melbourne Teken Kerja Sama di 5 Bidang

Bandung-Melbourne Teken Kerja Sama di 5 Bidang

Global
Mengenal Batalion Netzah Yehuda Israel yang Dilaporkan Kena Sanksi AS

Mengenal Batalion Netzah Yehuda Israel yang Dilaporkan Kena Sanksi AS

Global
Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com