KINI dunia memasuki era persaingan antariksa (space-race). Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) di Pentagon pada 22 November 2022, misalnya, resmi membentuk satu unit khusus permanen Angkatan Antariksa (US Space Force) Indo-Pacific Command, komando tempur terbesar dari Pentagon selama ini, di basis Hawaii, AS. US Space Forces Indo-Pacific itu dipimpin Brigjen Anthony Mastalir yang didukung oleh 21 anggota.
Meski unitnya kecil, Space Forces Indo-Pacific AS mendukung operasi navigasi satelit, komunikasi, dan peringatan rudal (missile warning). Jenderal David Thompson, wakil komandan operasi antariksa AS melihat, stategi AS itu adalah pilihan untuk merespons kekuatan antariksa Tiongkok: “Every day, Secretary of Defense [Lloyd] Austin reminds us of our pacing challenge, and that’s China.”
Baca juga: Antisipasi dan Kendali Risiko Puing-Sampah Antariksa
Maka, bulan-bulan akan datang, unit itu siap merajut jaringan operasi dengan US Forces Korea, US Central Command, dan US European Command.
Unit permanen Space Force AS itu juga siap melayani jasa komersial, riset, dan Pemerintah AS. Unit itu juga siap menjamin efektivitas pasukan tempur Space Command AS, intelijen, dan mitra komersial.
Unit Space Force di Pasifik itu melapor langsung ke Komandan US Indo-Pacom dan Komandan Space Operations Pentagon di Washington, AS.
“Anyone who might wish us harm in that region to understand that's what we pay attention to every single day,” papar Jenderal David D Thompson (T Novelly, 22/11/2022) tentang alasan prioritas pertama pembangunan unit permanen Space Force AS di Pasifik.
Misi awal Space Force AS itu ialah analisa dan perencanaan dengan skenario ancaman berasal dari kekuatan antariksa Tiongkok.
Tahun 2019, Presiden AS Donald Trump membentuk US Space Force dengan fokus awal ke zona Timur Tengah, khususnya Irak, Suriah, Teluk Arab, dan Iran. Angkatan Antariksa AS dibayangkan sebagai game-changer perang modern yang sangat bergantung pada ‘perang’ di ruang angkasa.
“Satellites have become the name of the game,” tulis Mike Wagenheim di The Jerusalem Post edisi 22 Mei 2020.
Sebab satelit memberi informasi kunci bagi operasi militer di darat, laut, dan udara hingga bom-bom cerdas dengan presisi tinggi khususnya pada perang-perang kota di Timur Tengah.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.