Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rangkuman Hari Ke-279 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Kecam Paus Fransiskus, Ukraina Waspadai Perang Musim Dingin

Kompas.com - 30/11/2022, 06:49 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber AFP

"LRU dari Prancis telah tiba di Ukraina! Tentara Ukraina sekarang bahkan lebih kuat," tweet Menteri Pertahanan Ukraina Oleksiy Reznikov.

LRU yang disediakan Perancis adalah jenis keempat dari sistem peluncur roket canggih (MLRS) -setelah HIMARS, M270 dan MARS II- yang akan dipasok ke Ukraina untuk membantu Kyiv memerangi invasi Rusia.

Rudal ini memiliki jangkauan sekitar 70 kilometer (43 mil).

Ukraina dalam beberapa bulan terakhir telah menggunakan sistem yang dipasok Barat untuk menyerang stasiun komando dan depot amunisi lebih dalam ke wilayah yang dikuasai Rusia daripada yang diizinkan oleh gudang senjatanya sendiri.

Jerman: penargetan Rusia terhadap fasilitas energi Ukraina adalah kejahatan perang

Menteri Kehakiman Jerman Marco Buschmann, mengatakan pada Selasa, bahwa serangan rudal Rusia pada infrastruktur energi di Ukraina merupakan "kejahatan perang".

Dia berkata demikian setelah menjadi tuan rumah pembicaraan dengan rekan-rekan G7-nya.

Kampanye serangan rudal Rusia telah merusak infrastruktur energi Ukraina dan membuat jutaan orang jatuh ke dalam kegelapan saat negara itu mengalami salju pertama dan angin musim dingin yang dingin.

"Penghancuran sistem pemanas dan pasokan listrik menjelang bulan-bulan terdingin tahun ini adalah kejahatan perang yang mengerikan," kata Buschmann kepada wartawan.

"Banyak orang akan menjadi korban musim dingin," kata Buschmann setelah pertemuan pertama para menteri kehakiman G7, yang dihadiri oleh para menteri.

Baca juga: Rangkuman Hari ke-275 Serangan Rusia ke Ukraina: Situasi Ukraina Tanpa Listrik | Rusia Keluarkan Paspor untuk Wilayah yang Direbut

Rusia kecam pernyataan Paus Fransiskus

Rusia telah menyatakan "rasa marah" atas komentar Paus Fransiskus yang menyoroti dugaan peran etnis minoritas Rusia dalam intervensi militer Rusia di Ukraina.

Hal ini dilaporkan oleh Kantor berita yang dikelola negara Rusia, RIA Novosti pada Selasa.

Paus Fransiskus dalam sebuah wawancara yang diterbitkan pada Senin (29/11/2022), mengatakan bahwa beberapa aktor "paling kejam" di antara jajaran Rusia di Ukraina bukan dari tradisi Rusia, tetapi kelompok minoritas seperti orang-orang Chechen, Buryati, dan sebagainya.

Kantor berita RIA Novosti melaporkan, bahwa duta besar Rusia untuk Vatikan telah mengajukan pengaduan resmi sebagai tanggapan.

"Saya menyatakan kemarahan atas sindiran semacam itu dan mencatat bahwa tidak ada yang dapat menggoyahkan kohesi dan persatuan rakyat multinasional Rusia," kata duta besar Rusia untuk Vatikan Alexander Avdeev kepada kantor berita tersebut.

Juru bicara kementerian luar negeri Maria Zakharova dalam sebuah posting media sosial pada Senin malam, menggambarkan komentar Paus Fransiskus itu sebagai penyimpangan.

"Belum lama ini Barat mengira sebaliknya bahwa bangsa Slavia menyiksa orang Chechen, tetapi sekarang mereka berbalik arah," katanya, mengacu pada dua perang Rusia di republik selatan Chechen.

The Free Buryatia Foundation, sebuah kelompok advokasi yang menentang konflik di Ukraina juga mengkritik komentar Paus.

"Stereotipe tetap stereotip tidak peduli siapa yang menirunya: aktivis, politisi, atau pemimpin spiritual. Dan pernyataan Paus tentang Buryat dan Chechen yang kejam bukan hanya stereotip rasis, tetapi juga kebohongan," katanya dalam sebuah pernyataan di media sosial.

Baca juga: Rangkuman Hari Ke-274 Serangan Rusia ke Ukraina: Zelensky Murka Serangan Musim Dingin Rusia | Eropa Didesak Kirim Generator Bantu Ukraina

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com