SYDNEY, KOMPAS.com - Harga bahan pokok di Australia naik sehingga turut mendorong tingginya angka inflasi.
Menurut data Biro Statistik Australia (ABS) pekan lalu, hingga September, harga makanan dan minuman tanpa alkohol naik sembilan persen, dan mendorong naiknya angka inflasi sampai 7,3 persen.
Ini merupakan kenaikan harga tahunan yang tertajam selama 32 tahun terakhir.
Baca juga: Terungkap AS Berencana Tempatkan Pesawat Pengebom B-52 Berkekuatan Nuklir ke Australia
Untuk menghitung angka inflasi, ABS menjumlahkan rata-rata harga satu "keranjang bahan makanan".
Benda yang dimasukkan ke dalam "keranjang" tersebut bisa berubah sesuai preferensi warga Australia.
Penentuan angka ini juga bisa dilakukan melalui pencarian harga secara online atau mengirim staf untuk mengecek harga di toko.
Berikut penyebab kenaikan harga setiap produk yang mungkin ada dalam keranjang belanja Anda:
Menurut John Droppert, manager industri dan analisa Dairy Australia, harga susu per liternya sudah 12 cent lebih mahal dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
John mengatakan rata-rata harga susu segar dari awal tahun sampai Oktober adalah 1,81 dollar Australia (Rp18 ribu), sekitar 7,4 persen lebih tinggi dari tahun lalu dengan harga 1,69 dollar Australia (Rp17 ribu).
Baca juga: Tidak Lapor Bawa Rendang, Pria Diduga Asal Indonesia Dideportasi dari Australia
Harga penjualan susu bisa naik karena jumlah produknya yang berkurang.
Biro Pertanian dan Sumber Daya Australia dan edisi September rangkuman susu dari organisasi Ekonomi Sumber Daya menjelaskan penyebabnya.
Mereka mengungkap bahwa jumlah susu berkurang dengan cepat di awal hingga pertengahan tahun 2022 karena musim kering di daerah selatan Victoria dan tenggara Tasmania dan banjir di beberapa daerah Queensland dan utara New South Wales.
Di saat yang sama, harga ekspor produk susu Australia naik drastis di awal tahun 2022.
Menurut Scott Cameron dari organisasi Daging dan Peternakan Australia, rata-rata harga daging cincang naik 8 persen dibandingkan tahun lalu.
Scott mengatakan ini disebabkan oleh kondisi perkebunan, harga bahan bakar dan pupuk yang naik, ditambah tingginya permintaan dari luar Australia.