Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Angka Kelahiran China Turun Tajam, Populasi Makin Menua

Kompas.com - 16/10/2022, 18:01 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Reuters

BEIJING, KOMPAS.com – China akan menyiapkan sejumlah kebijakan untuk meningkatkan angka kelahirannya guna mengatasi penurunan populasinya yang berpotensi merugikan ekonomi negara.

Hal tersebut disampaikan Presiden China Xi Jinping dalam hari pertama Kongres Partai Komunis pada Minggu (16/10/2022), sebagaimana dilansir Reuters.

“Kami akan menetapkan sistem kebijakan untuk meningkatkan angka kelahiran dan mengejar strategi nasional proaktif dalam menanggapi penuaan populasi,” kata Xi.

Baca juga: 10 Tahun China Era Xi Jinping: Makin Kaya, Kuat, dan Percaya Diri

Meski saat ini China memiliki populasi 1,4 miliar jiwa, angka kelahiran “Negeri Panda” telah menurun tajam hingga ke rekor terendahnya.

Pada 2021, angka kelahirannya hanya di bawah 10 juta dalam setahun, lebih sedikit dibandingkan periode yang sama pada 2021 yakni 10,6 juta jiwa.

Pemerintah China sebelumnya memberlakuan kebijakan kebijakan satu anak dari 1980 hingga 2015, kemudian beralih ke kebijakan tiga anak.

Baca juga: Xi Jinping Bersumpah China Akan Tetap Rebut Taiwan, Mungkin dengan Kekuatan

Pada 2021, tingkat fertillitas di China adalah 1,16, masih jauh di bawah standar OECD yakni 2,1 untuk populasi yang stabil.

Selama sekitar satu tahun terakhir, pihak berwenang sudah memperkenalkan sejumlah kebijakan untuk meningkatkan angka kelahiran.

Kebijakan itu seperti pengurangan pajak, cuti hamil yang lebih lama, peningkatan asuransi kesehatan, subsidi perumahan, uang tambahan untuk anak ketiga, dan tindakan keras terhadap les privat yang mahal.

Baca juga: Xi Kirim Surat ke Kim Jong Un Jelang Kongres Partai Komunis China, Serukan 3 Hal Ini

Namun, para wanita di China saat ini berada pada tingkat terendah di dunia yang memiliki keinginan memiliki anak, menurut survei oleh lembaga think-tank YuWa Population Research.

Para ahli demografi beranggapan, langkah-langkah yang diambil Pemerintah China sejauh ini tidak cukup.

Para ahli menyebut biaya pendidikan tinggi, upah rendah, dan jam kerja yang sangat panjang sebagai masalah yang masih perlu ditangani, bersama dengan kebijakan Covid-19 dan kekhawatiran pertumbuhan ekonomi.

Baca juga: Aksi Pengunjuk Rasa Misterius Kritik Xi Jinping Disensor di China tapi Dipuji di Dunia Maya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Reuters
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com