LONDON, KOMPAS.com – Negara-negara anggota OPEC+ sepakat memangkas produksi minyaknya hingga dua juta barel per hari.
OPEC+, yang beranggotakan negara-negara pengekspor minyak ditambah Rusia, mengatakan bahwa pemangkasan produksi bertujuan untuk menstabilkan harga minyak dunia.
Pasalnya, harga minyak dunia selama beberapa bulan terakhir telah jatuh imbas dari perekonomian dunia yang melambat.
Baca juga: Jerman Ambil Alih Kilang Minyak Rusia di Negaranya
Di satu sisi, keputusan tersebut diperkirakan bakal mengerek harga minyak dunia, sebaimana dilansir BBC, Kamis (6/10/2022).
Perusahaan yang bergerak di bidang otomotif asal Inggris, RAC, khawatir bahwa pemangkasan produksi minyak oleh OPEC+ juga berdampak pada level konsumen akhir.
Seorang juru bicara RAC, Simon Williams, mengatakan bahwa pemangkasan produksi minyak OPEC+ tak terhindarkan lagi bakal mengerek harga minyak dunia dan berimbas pada peritel.
“Pertanyaannya adalah kapan, dan sejauh mana, peritel memilih untuk meneruskan peningkatan biaya ini di halaman depan mereka,” kata Williams.
Baca juga: Apa Konsekuensinya Bila Indonesia Beli Minyak Murah Rusia?
BBC melaporkan, pemangkasan produksi minyak dari OPEC+ tersebut merupakan yang terbesar sejak pandemi Covid-19 merebak pada 2020.
Pemangkasan produksi minyak membuat berbagai negara semakin khawatir jika inflasi nantinya semakin tak terkendali.
Harga minyak acuan mentah bakal terkerek, terutama minyak mentah dari Timur Tengah yang menyuplai sekitar dua per tiga dari permintaan Asia.
Di Asia, Jepang dan India semakin khawatir karena rakyatnya sudah dihadapkan dengan kenaikan biaya hidup yang tinggi.
Sementara itu, minyak mentah yang melonjuak juga membuat Eropa kelimpungan karena “Benua Biru” membutuhkan lebih banyak bahan bakar minyak (BBM) menjelang musim dingin karena gas dari Rusia ditangguhkan.
Baca juga: Bicara ke Media Asing, Jokowi Pertimbangkan Beli Minyak Rusia
Pemangkasan produksi minyak dari OPEC+ tetap diambil meski AS sudah meminta agar produksi minyak justru dinaikkan.
Pasalnya, harga minyak dunia dan BBM di tingkat pengecer sempat melonjak sepanjang Maret hingga Mei ketika perang di Ukraina pecah.
Dalam sebuah pernyataan, Gedung Putih mengatakan Presiden AS Joe Biden menyebut keputusan pemangkasan produksi minyak tersebut adalah langkah yang picik.
AS sendiri sudah berjanji untuk terus melepaskan minyak dari cadangan nasionalnya dan mencari cara untuk mengendalikan harga BBM di tingkat pengecer.
Pemangkasan produksi minyak oleh OPEC+ juga kemungkinan akan mengganggu upaya yang dipimpin AS untuk membatasai harga minyak Rusia.
Baca juga: India Berani Impor Minyak Rusia Demi Kendalikan Inflasi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.