Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/09/2022, 09:31 WIB
BBC News Indonesia,
Danur Lambang Pristiandaru

Tim Redaksi

KYIV, KOMPAS.com - Sejumlah warga Ukraina melaporkan pasukan bersenjata masuk dari pintu ke pintu rumah warga di wilayah yang telah diduduki oleh Rusia, untuk meminta suara referendum bergabung dengan Moskwa.

"Anda harus menjawab secara verbal, dan tentara itu akan mencatat jawabannya di kertas, lalu mengantonginya," kata seorang perempuan di Enerhodar kepada BBC.

Di Kherson selatan, para penjaga Rusia berdiri dengan kotak suara di tengah kota, dan mengumpulkan suara dari masyarakat.

Baca juga: Hasil Referendum di Ukraina Dapat Dijadikan Alasan Putin Gunakan Senjata Nuklir, Ini Sebabnya

Pemungutan suara dari pintu ke pintu rumah warga dilakukan untuk "keamanan", kata media pemerintah Rusia.

"Pemungutan suara akan berlangsung secara eksklusif 27 September," menurut laporan TASS. "Pada hari-hari lainnya, pemungutan suara akan diselenggarakan di tingkat komunitas dan dari pintu ke pintu rumah warga."

Seorang perempuan di Melitopol mengatakan kepada BBC bahwa dua "kolaborator" lokal bersama dengan dua tentara Rusia tiba di kediaman orang tuanya, untuk memberikan surat suara.

"Ayah saya menyatakan 'tidak' (untuk bergabung dengan Rusia)," kata perempuan itu.

"Ibu saya yang berdiri di dekat Ayah saya, bertanya kepada mereka, apa yang akan terjadi kalau menjawab 'tidak'. Mereka berkata 'tidak apa-apa'. Ibu saya sekarang khawatir pihak Rusia akan menyiksa mereka," sambungnya

Baca juga: 4 Wilayah Ukraina Mulai Referendum untuk Gabung Rusia

Perempuan yang enggan disebutkan namanya itu juga mengatakan, hanya ada satu surat suara untuk semua keluarga, bukan per orang.

Kehadiran tentara bersenjata untuk meminta suara referendum kepada warga merupakan hal yang anekdot, karena sebelumnya Moskwa mendesak proses ini akan bebas dari tekanan atau adil.

Para ahli mengatakan referendum sepihak yang berlangsung selama lima hari, akan memungkinkan Rusia untuk mengeklaim secara ilegal empat wilayah yang diduduki atau sebagian Ukraina sebagai milik mereka.

Dengan kata lain, ini merupakan pemilihan palsu untuk mencaplok wilayah Ukraina, tujuh bulan setelah invasi Rusia.

Pencaplokan wilayah ini tidak akan diakui secara internasional. Namun, Rusia bisa mengeklaim wilayahnya ini diserang oleh senjata Barat yang dipasok ke Ukraina, yang dapat meningkatkan perang lebih lanjut.

Baca juga: Rencana Pencaplokan Rusia Dimulai, Referendum Segera Digelar

Presiden AS Joe Biden menggambarkan referendum ini sebagai tipuan. Referendum akan dijadikan dalih untuk menipu demi mencaplok wilayah Ukraina secara paksa yang melanggar hukum internasional.

"Amerika Serikat tidak akan mengakui wilayah Ukraina sebagai apa pun, selain dari kedaulatan Ukraina itu sendiri," katanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com