Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PM Pakistan Kecam Keras Perubahan Iklim, Minta Konsekuensi Global Terkait Banjir

Kompas.com - 25/09/2022, 11:15 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber Al Jazeera

ISLAMABAD, KOMPAS.com - Seperti banyak negara di selatan global yang menghadapi murka perubahan iklim, Perdana Menteri Shehbaz Sharif mencatat bahwa Pakistan memiliki sedikit tanggung jawab untuk itu.

Dilansir Al Jazeera, Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif telah meminta dukungan global untuk menghadapi konsekuensi dari bencana iklim yang melanda negaranya di Asia Selatan.

Kehancuran yang disebabkan oleh banjir berarti Pakistan berkewajiban untuk “memastikan pertumbuhan ekonomi yang cepat dan mengangkat jutaan orang keluar dari kemiskinan dan kelaparan”, katanya pada hari Jumat (23/9/2022).

 Baca juga: Banjir Mengerikan di Pakistan Tanda Krisis Iklim Global

“Tidak ada kata-kata yang dapat menggambarkan keterkejutan yang kita alami atau bagaimana wajah negara ini berubah,” kata Sharif kepada Majelis Umum PBB di New York City.

“Selama 40 hari dan 40 malam, banjir alkitabiah mengguyur kami, memecahkan rekor cuaca selama berabad-abad, menantang semua yang kami ketahui tentang bencana dan bagaimana mengelolanya,” tambahnya.

Lebih dari 1.500 orang tewas dalam banjir, termasuk 552 anak-anak, dan 33 juta orang terkena dampak, menurut PBB.

“Pakistan belum pernah melihat contoh yang lebih nyata dan lebih dahsyat dari dampak pemanasan global … Alam telah melepaskan kemarahannya pada Pakistan tanpa melihat jejak karbon kita, yang hampir tidak ada apa-apanya. Tindakan kami tidak berkontribusi untuk ini,” kata Sharif.

Baca juga: UNICEF Sebut Situasi Pakistan Amat Suram, 3,4 Juta Anak Butuh Bantuan Segera

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, yang mengunjungi Pakistan yang dilanda banjir awal bulan ini, mengatakan dia “belum pernah melihat pembantaian iklim” dalam skala seperti itu.

Dia menyalahkan negara-negara kaya atas kehancuran dengan negara-negara G20 bertanggung jawab atas 80 persen emisi karbon saat ini.

“Negara-negara kaya secara moral bertanggung jawab untuk membantu negara-negara berkembang seperti Pakistan untuk pulih dari bencana seperti ini dan beradaptasi untuk membangun ketahanan terhadap dampak iklim yang sayangnya akan terulang di masa depan,” kata Guterres.

Lebih dari sepertiga Pakistan terendam oleh gletser yang mencair dan rekor hujan monsun yang dimulai pada Juni.

Perkiraan biaya bencana ini lebih dari 30 miliar dollar AS.

Baca juga: Dihantam Banjir, Pakistan Juga Alami Lonjakan Kasus Demam Berdarah dan Malaria

"Urgensi situasi iklim tidak diimbangi dengan tindakan negara-negara yang bertanggung jawab atas emisi," kata Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina pada Jumat.

“Mereka tidak bertindak. Mereka bisa bicara tapi tidak bertindak,” katanya di New York.

“Negara kaya, negara maju, ini tanggung jawab mereka. Mereka harus maju. Tapi kami tidak mendapatkan banyak tanggapan dari mereka. Itulah tragedinya. Saya tahu negara-negara kaya, mereka ingin menjadi lebih kaya dan kaya. Mereka tidak mengganggu orang lain,” tambahnya.

Baca juga: Update Banjir Pakistan: Korban Tewas Mendekati 1.500, Ratusan Ribu Orang Tidur di Tempat Terbuka

Bangladesh, salah satu yang paling rentan terhadap iklim di dunia,.telah menghasilkan jumlah emisi gas rumah kaca yang sangat kecil yang telah berkontribusi pada pemanasan planet ini dengan rata-rata hampir 1,2 derajat Celcius (3,4 derajat Fahrenheit) di atas tingkat pra-industri.

Kesepakatan iklim Paris 2016 menyerukan 100 miliar dollar AS per tahun pada tahun 2020 dari negara-negara kaya untuk membantu negara-negara berkembang mengatasi perubahan iklim.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com