Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demonstran Iran Teriakkan “Matilah Diktator”, Biden Angkat Suara Dukung Pedemo

Kompas.com - 22/09/2022, 16:45 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber ABC News

TEHERAN, KOMPAS.com – Demo di Iran telah menyebar di sebagain besar wilayah negara tersebut sejak kematian Mahsa Amini (22) pekan lalu.

Kemarahan publik berkobar sejak pihak berwenang Iran pada Jumat (16/9/2022) mengumumkan kematian Mahsa Amini.

Sebelum meninggal, Mahsa Amini ditangkap polisi moral yang bertanggung jawab menegakkan aturan berpakaian bagi perempuan.

Baca juga: Protes Kematian Mahsa Amini Kian Meletup, Iran Blokir WhatsApp dan Instagram

Hukum di Iran mengatur agar perempuan menutupi rambut, lengan, dan kaki mereka, sebagaimana dilansir ABC News, Kamis (22/9/2022).

Aksi protes menjadi semakin besar dan merembet ke berbagai lokasi di Iran. Pengunjuk rasa sempat berkonfrontasi dengan pasukan keamanan.

Di beberapa lokasi, sejumlah wanita membakar jilbab saat dalam menggelar protes. Beberapa bahkan memotong rambut di depan umum.

Video unjuk rasa yang terjadi pada Rabu (21/9/2022), dan menyebar di media sosial, menunjukkan pedemo di Teheran meneriakkan penolakan jilbab.

Baca juga: Kematian Mahsa Amini Picu Protes Keras di Iran, Pertanyakan Aturan Wajib Jilbab

Video lain yang beredar di media sosial menunjukkan para demonstran merusak lambang negara dan menghadapi pasukan keamanan.

Video lain juga menunjukkan ratusan orang meneriakkan "matilah diktator" di Universitas Teheran.

Media pemerintah dan pejabat menggambarkan kerusuhan itu sebagai kerusuhan yang dilakukan oleh "elemen anti-revolusioner".

Zainab Hosseni dari Asosiasi Perempuan Iran Melbourne mengatakan, tidak mengherankan jika para demonstran bentrok dengan polisi.

Baca juga: Demo Iran Pecah di 15 Kota Usai Kematian Mahsa Amini, Wanita yang Ditahan Polisi karena Jilbab

“Ini respons alami terhadap kekurangan selama bertahun-tahun. Masyarakat di Iran, 70 persen penduduknya berusia di bawah 30 tahun. Orang-orang menginginkan kebebasan, orang-orang menginginkan hak-hak dasar,” ucap Hosseni kepada ABC News.

Mahsa Amini, seorang Kurdi berusia 22 tahun, meninggal setelah 'penangkapan dengan kekerasan' karena melanggar aturan jilbab di tengah tindakan keras Iran terhadap pakaian wanita.Twitter/ Leah Rimini Mahsa Amini, seorang Kurdi berusia 22 tahun, meninggal setelah 'penangkapan dengan kekerasan' karena melanggar aturan jilbab di tengah tindakan keras Iran terhadap pakaian wanita.

Seorang ajudan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menyampaikan belasungkawa kepada keluarga Mahsa Amini.

Dia berjanji untuk menindaklanjuti kasus ini dan mengatakan bahwa Ali Khamenei sedih dengan atas kematian Mahsa Amini.

Baca juga: Web Pemerintah Iran Diretas, Buntut Dugaan Penyiksaan Polisi Moral

Tarik perhatian global

Aksi demonstrasi di Iran menarik perhatian global. Beberapa aksi solidaritas digelar di berbagai negara seperti Turkiye, Kanada, Swedia, Italia, Belanda, dan AS.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Sumber ABC News

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com