"Gosip pada umumnya adalah alat bagi mereka yang tidak punya kekuatan di masyarakat, seperti perempuan dan orang kulit berwarna," kata Kelsey.
Baca juga: WHO Umumkan Kabar Baik: Akhir Pandemi Covid Sudah di Depan Mata
Dimulai dari sebuah percakapan saat ibu-ibu melahirkan, gosip sudah lama dikaitkan dengan perempuan dan kelompok minoritas lainnya.
Tapi kenyataannya lebih dari itu.
Jika Anda generasi milenial yang mengalami pubertas pada tahun 2000-an, mungkin sempat mengalami tahun-tahun keemasan gosip untuk selebriti.
Dengan hadirnya internet, blog gosip mulai bermunculan.
Salah satu gosip terhangat di masanya adalah kehidupan Britney Spears, yang sempat mencukur habis rambutnya.
Tidak hanya selebriti, masyarakat sekarang bisa menikmati gosip dari orang tidak dikenal di Reddit, Twitter, atau Facebook.
Ini membuktikan jika banyak dari masyarakat sebenarnya hanya tertarik mendengarkan kisah orang lain.
Baca juga: Terbaru, WHO Rekomendasikan Vaksin Covid-19 Valneva
Namun gosip adalah hal yang seringkali ditentang kebudayaan, kebanyakan agama juga tidak menyetujuinya.
Kelsey yang tumbuh dalam keluarga religius dulu percaya bahwa gosip adalah dosa.
"Selama kecil saya berdoa agar Tuhan mengambil keinginan saya untuk bergosip," ucap dia.
Tapi bukan hanya karena takut dosa saja, bergosip memang seringkali dianggap hal yang tidak baik.
Entah di sekolah, tempat kerja atau waktu berkumpul sama teman, orang yang suka bergosip dianggap sebagai seseorang yang tidak bisa dipercaya.
Konotasi gender tertentu juga sering dikaitkan dengan aktivitas bergosip.
Penelitian yang dilakukan Eshin Jolly dari Dartmouth, AS menemukan hal-hal baik lainnya dari bergosip.