Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Siswanto Rusdi
Direktur The National Maritime Institute

Pendiri dan Direktur The National Maritime Institute (Namarin), sebuah lembaga pengkajian kemaritiman independen. Acap menulis di media seputar isu pelabuhan, pelayaran, kepelautan, keamanan maritim dan sejenisnya.

Sebuah Catatan tentang Asean Navy Chiefs Meeting Ke-16

Kompas.com - 05/09/2022, 10:36 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PARA Kepala Staf Angkatan Laut se-Asia Tenggara menggelar agenda tahunan Asean Navy Chiefs Meeting (ANCM) ke-16 di Bali beberapa waktu lalu. Pertemuan reguler ini memiliki arti penting bagi perkembangan angkatan laut (AL) di kawasan.

Dalam view yang disampaikan Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Yudo Margono pada saat acara, forum ANCM adalah sebuah platform untuk membahas tantangan bersama yang dihadapi. Menurut Laksamana Yudo, selama-berabad-abad Asia Tenggara menjadi sebuah kawasan strategis yang menyediakan rute penting perdagangan serta jalur komunikasi laut dunia.

Lingkungan strategis global yang dinamis telah melahirkan tantangan maritim yang kompleks. Di tengah isu maritim yang seperti itu, Asean sebagai satu-satunya perkumpulan negara di Asia Tenggara dituntut memainkan peran penting sebagai karakter utama.

Baca juga: Malaysia Yakin Indonesia Bisa Selesaikan Berbagai Persoalan ASEAN dan Global sebagai Ketua ASEAN 2023

Dalam kaitan masalah Laut China Selatan, organisasi itu diharapkan bisa menciptakan rasa aman bagi pihak-pihak yang bersengketa serta mempromosikan Asean sebagai poros dalam penyelesaiannya. AL Asean memegang peran utama dalam menjamin ”ketertiban di laut”.

Di samping itu, masih menurut Yudo, misi AL Asean juga untuk menjaga keselamatan dan keamanan pelayaran. Jelas sebuah perpaduan yang unik.

AL Asean diharapkan dapat mewujudkan misi tersebut melalui kerja sama. Karena, disadari, tidak ada negara yang dapat mengatasi isu keamanan maritim sendirian. Masalah keamanan maritim menuntut pendekatan yang komprehensif untuk menghadapi tantangan yang kompleks seperti menjaga kedaulatan, mencegah kegiatan ilegal di laut, mengurangi polusi laut serta mencegah hilangnya habitat dan keanekaragaman hayati.

Laksamana TNI Yudo Margono amat berharap ANCM bisa menjadi wahana untuk membahas tantangan AL se-Asean. Ia mengingatkan, forum itu hendaknya dapat menghasilkan tindakan yang lebih nyata.

Sejauh ini tanpa langkah nyata

Inilah masalahnya. Sejak digelar pertama pada 2006, Asean Navy Chief Meeting cenderung hanya menjadi ajang seremonial di antara para kepala staf AL Asean.

Hampir tidak ada langkah nyata dalam menghadapi berbagai persoalan yang muncul seperti maritime dispute, masalah keamanan maritim perompakan (piracy), armed robbery dan penyelundupan – narkotik, manusia, dan lain-lain.

Sebetulnya ada program latihan bersama yang melibatkan AL se-Asean, yaitu Asean Multinational Naval Exercise (ANMEX). Sudah diselenggarakan beberapa kali sejak diinisiasi pada 2017. Latihan bersama ini kurang mendapat perhatian, terutama dari pantauan media, karena dilaksanakan tiga tahun sekali.

Para kepala staf AL Asean menyepakati dalam pertemuan ANCM ke -16 agar pelaksanaan ANMEX ditingkatkan menjadi dua tahun sekali. Disepakati pula latihan itu akan digelar tahun depan dan menunjuk Filipina sebagai tuan rumah.

Latihan itu hanya melibatkan AL Asean. Para kepala staf memutuskan pula bahwa keterlibatan AL di luar Asean hanya bisa dilakukan setelah latihan ANMEX tuntas dan keterlibatan pihak eksternal itu harus disepakati terlebih dahulu oleh para kastaf AL Asean. Kebijakan ini diambil dengan mengacu kepada prinsip “Asean Centrality”.

Baca juga: Dilarang Ikut Pertemuan, Junta Myanmar Kritik ASEAN

Ada beberapa alasan mengapa sampai saat ini belum ada langkah nyata ANCM. Pertama, ada perbedaan sudut pandang di antara AL Asean terhadap isu maritime dispute, maritime security, dan great powers competition.

Dengan perbedaan yang ada, sangat sulit membangun visi yang sama dalam menyelesaikan persoalan tadi. Ambil contoh dalam isu great powers competition. Beberapa AL Asean malah menjadi bagian atau allies dari para pihak berkompetisi, dalam hal ini AS.

Sementara itu, terkait maritime dispute persoalan ini sepenuhnya berada di luar kewenangan AL masing-masing anggota Asean. Isu ini, terkait dengan perbatasan laut, ditangani oleh pihak Kementerian Luar Negeri masing-masing melalui serangkaian perundingan panjang yang tidak pernah diketahui oleh AL kapan selesainya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com