Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jaga-jaga Perang Lawan China, Warga Taiwan Berlatih Hidup dalam Krisis seperti Ukraina

Kompas.com - 02/09/2022, 22:05 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

Penulis: William Yang/DW Indonesia

TAIPEI, KOMPAS.com - Dalam beberapa bulan terakhir, pemerintah dan organisasi masyarakat sipil di Taiwan telah memulai serangkaian pelatihan yang dirancang untuk meningkatkan kesiapan tempur dan tanggap darurat.

Salah satu organisasi terdepan dalam upaya ini adalah Forward Alliance, sebuah NGO yang bertujuan untuk meningkatkan ketahanan nasional Taiwan.

Sejak Maret lalu, NGO ini menawarkan program pertahanan sipil yang melatih peserta untuk melakukan pertolongan pertama, mengobati trauma, melakukan operasi pencarian dan penyelamatan, dan menemukan tempat perlindungan selama situasi darurat.

Baca juga: Kenapa China dan Taiwan Bermusuhan?

"Kami melatih warga sipil dalam menanggapi krisis," kata Enoch Wu, pendiri Forward Alliance. "Ini tentang bagaimana menjaga komunitas tetap berjalan. dan pelatihan membantu mempersiapkan warga dari krisis buatan manusia atau alam."

Program pelatihan awalnya dijadwalkan untuk dimulai pada bulan Agustus, tetapi perang di Ukraina meningkatkan rasa urgensi di seluruh Taiwan, sehingga Forward Alliance memutuskan untuk memulai pelatihan pada bulan Maret.

"Kami telah menerima tuntutan yang sangat kuat dari masyarakat. Orang ingin tahu bagaimana mereka dapat saling membantu dan mereka ingin tahu bagaimana melayani masyarakat, bahkan ketika mereka tidak berseragam," kata Wu kepada DW.

"Sesi pelatihan ini dapat memberi warga Taiwan rasa urgensi, dan pelatihan pertolongan pertama sangat praktis dan efektif baik dalam bencana alam maupun perang," kata Su Tzu-yun, seorang analis di Institut Riset Pertahanan dan Keamanan Nasional di Taiwan.

Militer Taiwan juga belakangan meningkatkan pelatihan dan kesiagaan.AP PHOTO/JOHNSON LAI via DW INDONESIA Militer Taiwan juga belakangan meningkatkan pelatihan dan kesiagaan.
Persiapan adalah kunci

Pada 27 Agustus, Forward Alliance menyelenggarakan satu sesi pelatihan di kota terbesar kedua Taiwan, Taichung, yang diikuti puluhan pensiunan, ibu rumah tangga, profesional muda, dan pelajar.

Mereka memadati pusat komunitas setempat untuk mempelajari keterampilan dasar pertolongan pertama. Sebagian besar peserta mengatakan perang di Ukraina dan status politik sensitif Taiwan mendorong mereka untuk mengambil bagian dalam pelatihan ini.

"Saya memutuskan untuk mengikuti pelatihan karena perang di Ukraina," kata Cherri Lee, seorang profesional pendidikan berusia 40-an.

"Orang-orang di Taiwan telah menikmati perdamaian untuk waktu yang lama, tetapi saya berpikir itu bukan alasan bagi kami untuk terus berpuas diri menghadapi meningkatnya ancaman yang ditimbulkan oleh Cina."

"Memiliki tempat untuk mendapatkan informasi tentang pertolongan pertama dan mengetahui apa yang harus dilakukan ketika sesuatu terjadi, dan bagaimana bereaksi ketika keadaan darurat terjadi akan membantu menyadarkan warga, bahwa Taiwan mungkin tidak seaman yang mereka kira," tambahnya.

Baca juga:

Peserta lain mengatakan penting bagi warga biasa untuk menyadari bahwa mereka juga dapat menjadi bagian dari tim penanggap pertama.

"Saya pikir itu luar biasa, bahwa kita bisa mendapatkan kesempatan untuk belajar bagaimana membantu orang lain setiap kali ada krisis," kata Jenny Chen, seorang konselor sekolah berusia 50-an.

Manuver militer China awal Agustus di sekitar Taiwan disiarkan di layar besar televisi China CCTV di sebuah mal di Beijing.REUTERS/THOMAS PETER via DW INDONESIA Manuver militer China awal Agustus di sekitar Taiwan disiarkan di layar besar televisi China CCTV di sebuah mal di Beijing.
Memperoleh keterampilan tempur

Selain itu, peserta juga bisa mengikuti pelatihan tempur untuk menjadi pasukan cadangan.

"Senjata yang kami gunakan untuk menembak adalah senapan yang diproduksi pada 1980-an, dan sementara ada lebih dari 300 cadangan dalam kelompok saya, jumlah senjata yang benar-benar dapat digunakan kurang dari sepersepuluh dari jumlah orang yang berpartisipasi dalam pelatihan," kata Chen kepada DW.

"Personel militer aktif juga tidak menegakkan aturan apa pun selama pelatihan, jadi saya masih melihat banyak tentara cadangan memperlakukan pelatihan sebagai hari libur saja. Saya tidak berpikir perang di Ukraina telah meningkatkan tingkat kesadaran tentang tekanan militer yang meningkat dari China di antara pasukan cadangan."

Pakar militer Su Tzu-yun mengatakan, skema pelatihan cadangan adalah transformasi bertahap, bukan perubahan mendadak dari sistem pertahanan.

"Sementara banyak kemajuan yang masih dapat dibuat mengenai skema pelatihan cadangan, salah satu fungsi penting dari skema saat ini adalah membantu menumbuhkan mentalitas mendukung kekuatan pertahanan dalam masyarakat sipil,” katanya kepada DW.

"Walaupun isi pelatihan bisa lebih detail, tetapi kerangka yang ada saat ini sangat membantu pertahanan dan keamanan nasional Taiwan, serta dapat menumbuhkan semangat mendukung kekuatan pertahanan di masyarakat,” jelasnya.

Dia juga menyarankan agar pihak berwenang Taiwan lebih menekankan pada latihan menembak selama pelatihan cadangan, karena ini merupakan aspek penting dari keterampilan tempur.

Baca juga: Bagaimana China Memandang Taiwan dan AS?

Artikel ini pernah dimuat di DW Indonesia dengan judul Bagaimana Taiwan Bersiap Hadapi Krisis Seperti di Ukraina?

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com