BEIJING, KOMPAS.com - Pemerintah China berjanji meningkatkan layanan sebelum dan sesudah melahirkan untuk mendorong lebih banyak orang memiliki anak, dan menegaskan kembali niatnya untuk "mencegah" aborsi, dalam usaha membalikkan tingkat kelahiran yang terus menurun.
Langkah-langkah yang diumumkan oleh Komisi Kesehatan Nasional China termasuk janji untuk membuat perawatan kesuburan lebih mudah diakses.
Selama beberapa tahun, pihak berwenang mencegah perluasan akses IVF (bayi tabung) untuk wanita lajang, dan hanya mengizinkannya untuk pasangan yang sudah menikah. Tuntutan pengadilan oleh seorang wanita baru-baru ini juga dimentahkan.
Baca juga: India Akan Menyalip Populasi China pada 2023, Jadi Negara Berpenduduk Terbanyak
Komisi Kesehatan Nasional China mengatakan akan memandu pemerintah daerah dan lembaga kesehatan untuk membuat perubahan.
Itu termasuk dengan penyediaan “layanan yang ditargetkan kepada massa melalui pendidikan kesehatan, konseling psikologis, layanan pengobatan tradisional China, perawatan obat, perawatan bedah, teknologi reproduksi berbantuan dan cara lain.”
Semua itu dimaksudkan “untuk meningkatkan tingkat pencegahan kehamilan dan pengobatan infertilitas”.”
Kampanye pendidikan kesehatan reproduksi juga akan dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, sambil “mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan mengurangi aborsi yang tidak diperlukan secara medis.”
Langkah-langkah tersebut dinilai penting untuk mempromosikan pembangunan seimbang jangka panjang dari populasi.
Pedoman tersebut menandai upaya yang paling komprehensif di tingkat nasional. Termasuk untuk mengurangi aborsi, yang umumnya mudah diakses selama bertahun-tahun.
Setidaknya 9,5 juta aborsi dilakukan antara 2015 hingga 2019, menurut laporan yang diterbitkan oleh Komisi Kesehatan Nasional China pada akhir 2021, tetapi beberapa ahli meyakini jumlahnya jauh lebih tinggi.
Pemerintah “Negeri Tirai Bambu” sebelumnya secara terbuka menyatakan niatnya untuk mencegah “aborsi non-medis” pada September 2021, tetapi belum mendefinisikan apa yang dimaksud dengan aborsi “non-medis”, atau bagaimana mencegahnya.
China memiliki salah satu tingkat kelahiran terendah di dunia, dan upaya pemerintah untuk mendorong orang memiliki lebih banyak anak belum berhasil.
Negara ini diambang krisis demografis dengan tingkat pertumbuhan penduduk terendah dalam lebih dari enam dekade.
Baca juga: Populasi Menyusut Drastis, Koala Terancam Punah
Biaya hidup yang tinggi, pernikahan yang tertunda, dan kurangnya mobilitas sosial sering disebut-sebut sebagai faktor penyebab keengganan kaum muda China untuk memiliki anak.
Kebijakan satu anak pemerintah selama beberapa dekade, dan termasuk aborsi paksa juga diyakini berpengaruh pengaruh pada kondisi saat ini.