Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perang Kian Berlarut-larut, Remaja Ukraina Dilanda Kebosanan Akut

Kompas.com - 17/08/2022, 18:00 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

KYIV, KOMPAS.com - Anastasiia Aleksandrova tidak mengangkat teleponnya ketika ledakan artileri di dekatnya menggelegar dekat rumah sederhananya.

Anak berusia 12 tahun itu tinggal dengan kakek-neneknya di pinggiran Sloviansk di Ukraina timur.

Dilansir AP, tanpa seorang teman seusianya yang tersisa di lingkungannya dan kelas hanya online sejak invasi Rusia, video game dan media sosial jadi satu-satunya penyelamat saat invasi Rusia ke Ukraina belum mereda.

Baca juga: Gutteres, Erdogan, dan Zelensky Akan Bertemu di Ukraina Bahas Solusi Akhiri Perang

Hal ini menggantikan jalan-jalan dan bersepeda yang pernah dia nikmati bersama teman-temannya, yang saat ini telah melarikan diri.

“Dia lebih jarang berkomunikasi dan lebih jarang keluar jalan-jalan. Dia biasanya tinggal di rumah bermain game di ponselnya,” kata nenek Anastasiia, Olena Aleksandrova, 57 tahun.

Beralihnya Anastasiia ke dalam teknologi digital untuk mengatasi isolasi dan tekanan perang yang berkecamuk di garis depan (hanya tujuh mil jauhnya) semakin umum di kalangan anak muda di wilayah Donetsk yang diperangi Ukraina.

Dengan kota-kota yang sebagian besar dikosongkan setelah ratusan ribu orang dievakuasi ke tempat yang aman, anak-anak muda yang tersisa menghadapi kesepian dan kebosanan.

Tentu hal ini diselingi ketakutan akibat kekerasan yang ditimbulkan Moskwa di Ukraina.

Baca juga: Rangkuman Hari Ke-174 Serangan Rusia ke Ukraina, Ledakan Besar di Crimea, Putin Tuding AS Perpanjang Konflik

“Aku tidak punya siapa-siapa untuk diajak bergaul. Saya duduk dengan ponsel sepanjang hari,” kata Anastasiia dari tepi danau tempat dia kadang-kadang berenang bersama kakek-neneknya.

“Teman-teman saya pergi dan hidup saya berubah. Itu menjadi lebih buruk karena perang ini,” tambahnya.

Lebih dari 6 juta orang Ukraina, sebagian besar wanita dan anak-anak, telah meninggalkan negara itu dan jutaan lainnya menjadi pengungsi internal, menurut badan pengungsi PBB.

Pemindahan massal telah menjungkirbalikkan masa kanak-kanak yang tak terhitung jumlahnya, tidak hanya bagi mereka yang harus memulai hidup baru setelah mencari keselamatan di tempat lain, tetapi juga bagi ribuan orang yang tetap tinggal.

Baca juga: Pejabat Senior Rusia Dilaporkan Diam-diam Dekati Barat untuk Akhiri Invasi ke Ukraina

Dari sekitar 275.000 anak berusia 17 tahun atau lebih muda di wilayah Donetsk sebelum invasi Rusia, hanya 40.000 yang tersisa, kata gubernur regional provinsi itu Pavlo Kyrylenko kepada AP pekan lalu.

Menurut angka resmi, 361 anak telah tewas di Ukraina sejak Rusia melancarkan perangnya pada 24 Februari, dan 711 lainnya terluka.

Pihak berwenang mendesak semua keluarga yang tersisa di Donetsk, tetapi terutama mereka yang memiliki anak-anak, untuk segera mengungsi karena pasukan Rusia terus membombardir daerah sipil saat mereka mendesak untuk menguasai wilayah tersebut.

Baca juga: Ukraina: Serangan Presisi Hancurkan Pangkalan Paramiliter Rusia Grup Wagner

Satuan polisi khusus telah ditugaskan untuk menghubungi rumah tangga dengan anak-anak secara individu dan mendesak mereka untuk melarikan diri ke daerah yang lebih aman, kata Kyrylenko.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com