Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sri Lanka Butuh Bantuan Mendesak untuk Beri Makanan ke Anak-anak

Kompas.com - 01/08/2022, 19:27 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber AFP

COLOMBO, KOMPAS.com - Pemerintah Sri Lanka pada hari ini, Senin (1/8/2022), mengeluarkan seruan mendesak untuk mengatasi kekurangan gizi yang menyebar dengan cepat di antara anak-anak.

Situasi sulit ini terjadi ketika krisis ekonomi di Sri Lanka membuat sembilan dari 10 orang bergantung pada bantuan negara.

Kementerian Urusan Perempuan dan Anak Sri Lanka mengatakan mereka mencari sumbangan pribadi untuk memberi makan ratusan ribu anak-anak yang mengalami wasting karena kekurangan makanan.

Baca juga: Presiden Baru Sri Lanka Tak Berharap Rajapaksa Pulang Kampung

Wasting adalah kondisi ketika berat badan anak menurun, sangat kurang, atau bahkan berada di bawah rentang normal.

Sri Lanka bangkrut dan kini keslitan mempertahankan kesejahteraan anak-anak.

"Ketika pandemi Covid-19 sedang mencapai puncaknya, masalahnya buruk, tetapi sekarang, dengan krisis ekonomi, situasinya jauh lebih buruk," kata Menteri Urusan Perempuan dan Anak Sri Lanka, Neil Bandara Hapuhinne kepada wartawan di Colombo.

Hapuhinne mengatakan Kementeriannya telah mendata ada 127.000 anak yang mengalami kekurangan gizi di antara 570.000 anak perempuan dan laki-laki di bawah usia lima tahun pada pertengahan 2021.

Sejak itu, dia memperkirakan jumlahnya telah meningkat beberapa kali lipat dengan dampak penuh dari inflasi yang merajalela dan kekurangan makanan dan kebutuhan pokok lainnya.

Dia mengatakan jumlah orang yang menerima bantuan langsung negara hampir dua kali lipat pada tahun lalu dengan lebih dari 90 persen populasi sekarang bergantung pada pemerintah untuk bantuan keuangan.

Baca juga: Pedemo Sri Lanka Curi Bendera Negara di Istana Presiden untuk jadi Sarung dan Seprai

Sebagaimana dilansir dari AFP, Hapuhinne mengatakan sekitar 1,6 juta pegawai pemerintah termasuk di antara warga Sri Lanka yang membutujkan bantuan keuangan dari negara.

Inflasi Sri Lanka secara resmi disebut telah mencapai angka 60,8 persen pada bulan Juli.

Tetapi ekonom swasta mengatakan inflasi Sri Lanka telah lebih dari 100 persen dan tertinggi kedua setelah Zimbabwe.

Seruan UNICEF

UNICEF juga telah mengeluarkan seruan untuk pendanaan yang mengatakan bahwa anak-anak di Sri Lanka secara tidak proporsional terkena dampak krisis ekonomi yang parah.

Negara itu kehabisan devisa untuk membiayai impor bahkan penting akhir tahun lalu dan Kolombo gagal membayar utang luar negeri 51 miliar dollar AS pada pertengahan April.

Di bawah Presiden baru Ranil Wickremesinghe, pemerintah sekarang sedang dalam pembicaraan bailout dengan Dana Moneter Internasional.

Baca juga:

Sebanyak 22 juta orang di negara itu mengalami pemadaman listrik yang panjang setiap hari, antrean panjang untuk bahan bakar minyak (BBM), dan kekurangan makanan pokok serta obat-obatan di negara yang pernah memiliki indikator sosial terbaik di Asia Selatan.

Bulan lalu, Presiden Gotabaya Rajapaksa meninggalkan negara itu dan mundur setelah ribuan pengunjuk rasa yang marah atas krisis ekonomi menyerbu kediaman resminya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com