HONG KONG, KOMPAS.com - Anak perusahaan Evergrande di China gagal bayar utang dan harus menyerahkan jaminan 7,3 miliar yuan (Rp 16 triliun), kata perusahaan itu dalam pengajuan bursa saham Hong Kong.
Evergrande sedang berupaya melakukan restrukturisasi setelah terlilit utang 300 miliar dollar AS (Rp 4,45 kuadriliun), buntut dari tindakan keras China terhadap utang berlebihan dan boikot pembeli properti.
Namun, pada akhir Juli 2022 Evergrande gagal menerbitkan proposal restrukturisasi awal meski telah meyakinkan kreditur bahwa mereka berada di jalur untuk memenuhi tenggat waktu.
Baca juga: Krisis Properti China Memburuk, Dua Bos Evergrande Mengundurkan Diri, 200 Proyek Mangkrak
Kemudian, pada Minggu (31/7/2022) anak perusahaan Evergrande Group (Nanchang) gagal bayar utang kepada pihak ketiga yang tidak disebutkan namanya.
Kantor berita AFP melaporkan, Evergrande Nanchang memberikan jaminan 1,3 miliar saham di Bank Shengjing, tetapi karena gagal membayar utang tepat waktu maka pemberi pinjaman berhak mengambil jaminan yang diberikan.
Disebutkan bahwa pemberi pinjaman memiliki prioritas untuk mendapat kompensasi dari penjualan saham dan cakupannya mencapai 7,3 miliar yuan.
Baca juga:
Persoalan Evergrande semakin pelik setelah berencana menjual lagi kantor pusatnya di Hong Kong, menurut laporan media-media setempat.
Krisis Evergrande adalah wujud krisis properti di China. Perusahaan-perusahaan kecil juga gagal membayar pinjaman dan yang lainnya kesulitan mendapat dana segar.
Oleh karena pengembang kekurangan dana sehingga proyek tertunda, pembeli rumah di puluhan kota China marah lalu berhenti membayar hipotek.
Baca juga: Krisis Evergrande: Awal Mula Petaka, Utang Rp 4 Kuadriliun, dan Ruginya Ribuan Orang
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.