Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pedemo Sri Lanka Curi Bendera Negara di Istana Presiden untuk jadi Sarung dan Seprai

Kompas.com - 31/07/2022, 16:34 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

COLOMBO, KOMPAS.com - Pemimpin serikat pekerja Sri Lanka yang ikut turun berunjuk rasa diduga mencuri dua bendera negara dari istana presiden untuk dijadikan seprai dan sarung.

Awal bulan ini demo Sri Lanka merebak karena puluhan ribu orang marah dengan krisis ekonomi negara pulau tersebut, sampai menyerbu kediaman Presiden Gotabaya Rajapaksa yang membuatnya meninggalkan negara dan mengundurkan diri.

Polisi Sri Lanka kemudian menangkap pedemo yang mencuri bendera negara itu pada Jumat (29/7/2022) malam.

Baca juga: Singapura Izinkan Mantan Presiden Sri Lanka Tinggal Lebih Lama

Penangkapan dilakukan setelah muncul unggahan di media sosial yang menunjukkan pedemo itu menggunakan salah satu bendera sebagai seprai dan satunya menjadi sarung, kata polisi yang meminta tidak disebut namanya, kepada wartawan AFP pada Sabtu (30/7/2022) .

"Kami mengidentifikasi dia dari video rekaman yang diunggah oleh putranya," ungkap polisi tersebut.

"Dia mengatakan kepada penyelidik bahwa dia membakar satu bendera dan kami menemukan yang dia gunakan sebagai sarung."

Pria itu kemudian ditahan selama dua minggu sambil menunggu penyelidikan lebih lanjut.

Dalam lanjutan demo Sri Lanka akibat krisis Sri Lanka bangkrut, tentara menahan barikade penghalang saat pengunjuk rasa menuntut mundur Presiden Gotabaya Rajapaksa di Colombo, 28 Mei 2022.AFP/ISHARA S KODIKARA Dalam lanjutan demo Sri Lanka akibat krisis Sri Lanka bangkrut, tentara menahan barikade penghalang saat pengunjuk rasa menuntut mundur Presiden Gotabaya Rajapaksa di Colombo, 28 Mei 2022.
Krisis Sri Lanka telah terjadi selama berbulan-bulan, menyebabkan 22 juta warganya mengalami pemadaman listrik yang panjang, rekor inflasi, hingga kekurangan makanan, bahan bakar, serta bensin.

Massa menyalahkan Gotabaya Rajapaksa karena salah mengelola kekuangan negara. Amarah publik membara selama berbulan-bulan yang berujung demonstrasi massal untuk menggulingkannya.

Baca juga:

Istana Kepresidenan pun menjadi sasaran pedemo Sri Lanka. Di media sosial beredar foto dan video mereka memasuki kolam renang dan kamar tidur presiden.

Di salah satu kamar, pedemo menemukan uang kertas sekitar 17,5 juta rupee (Rp 728,95 juta) yang kemudian diserahkan ke pihak berwenang.

Kompleks Temple Trees di dekatnya yang merupakan kediaman perdana menteri juga diserbu pada hari yang sama.

Polisi kini sedang menyusun daftar inventaris di gedung-gedung era kolonial yang diisi barang antik dan seni bernilai tinggi tersebut.

Pekan lalu, demo Sri Lanka diwarnai aksi penggusuran kamp pengunjuk rasa di luar kantor presiden oleh militer. Dunia mengecam tindakan ini dengan menyebutnya menggunakan kekuatan berlebihan pada demonstran tidak bersenjata.

Baca juga: Ada Apa dengan Sri Lanka: Kenapa Bangkrut dan Penyebab Gagal Bayar Utang

Berita video "Demo Kian Memburuk, Anggota Parlemen Tewas hingga PM Sri Lanka Mengundurkan Diri" dapat disimak di bawah ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Sumber AFP

Terkini Lainnya

Peneliti Eropa: Lirik Lagu Masa Kini Lebih Marah dan Terobsesi pada Diri Sendiri

Peneliti Eropa: Lirik Lagu Masa Kini Lebih Marah dan Terobsesi pada Diri Sendiri

Global
Dokter yang Kunjungi RS Gaza Tercengang, Kondisi Anak-anak Palestina Begitu Miris

Dokter yang Kunjungi RS Gaza Tercengang, Kondisi Anak-anak Palestina Begitu Miris

Global
Nasib Pencuri Buku Harian Putri Joe Biden, Terancam Masuk Bui

Nasib Pencuri Buku Harian Putri Joe Biden, Terancam Masuk Bui

Global
Taliban Berlakukan Kembali Hukuman Rajam Perempuan Berzina, Digelar di Depan Umum Sampai Mati

Taliban Berlakukan Kembali Hukuman Rajam Perempuan Berzina, Digelar di Depan Umum Sampai Mati

Global
Jubir Gedung Putih Analogikan Rusia Seperti Penjual Pupuk Kandang, Apa Maksudnya?

Jubir Gedung Putih Analogikan Rusia Seperti Penjual Pupuk Kandang, Apa Maksudnya?

Global
Perancis Setujui RUU Larangan Diskriminasi Berdasarkan Gaya Rambut

Perancis Setujui RUU Larangan Diskriminasi Berdasarkan Gaya Rambut

Global
Giliran Jepang Akan Lanjutkan Pendanaan untuk UNRWA

Giliran Jepang Akan Lanjutkan Pendanaan untuk UNRWA

Global
Pemukim Yahudi Incar Tanah di Tepi Pantai Gaza: Ini Tuhan Berikan kepada Kami

Pemukim Yahudi Incar Tanah di Tepi Pantai Gaza: Ini Tuhan Berikan kepada Kami

Global
Rangkuman Hari Ke-764 Serangan Rusia ke Ukraina: Zelensky Desak Mike Johnson | Rusia Klaim Punya Bukti Ukraina Terlibat Penembakan Konser

Rangkuman Hari Ke-764 Serangan Rusia ke Ukraina: Zelensky Desak Mike Johnson | Rusia Klaim Punya Bukti Ukraina Terlibat Penembakan Konser

Global
Mahasiswi Indonesia di Jerman Meninggal Dunia dalam Kecelakaan Bus 

Mahasiswi Indonesia di Jerman Meninggal Dunia dalam Kecelakaan Bus 

Global
Pejabat AS Sedang Debatkan Kentang Termasuk Sayuran atau Bukan

Pejabat AS Sedang Debatkan Kentang Termasuk Sayuran atau Bukan

Global
Kekerasan Geng di Haiti Tewaskan 1.500 Orang dalam 3 Bulan

Kekerasan Geng di Haiti Tewaskan 1.500 Orang dalam 3 Bulan

Global
Bus Terjun ke Jurang di Afrika Selatan, 45 Orang Tewas, Hanya Gadis 8 Tahun yang Selamat

Bus Terjun ke Jurang di Afrika Selatan, 45 Orang Tewas, Hanya Gadis 8 Tahun yang Selamat

Global
Rusia Klaim Punya Bukti Pelaku Penembakan Konser Moskwa Terkait dengan Ukraina

Rusia Klaim Punya Bukti Pelaku Penembakan Konser Moskwa Terkait dengan Ukraina

Global
Mahkamah Internasional Perintahkan Israel Pastikan Bantuan Kemanusiaan Sampai Gaza 

Mahkamah Internasional Perintahkan Israel Pastikan Bantuan Kemanusiaan Sampai Gaza 

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com