Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masa Tunggu Haji di Malaysia 141 Tahun, Kemenag RI: Masyarakat Indonesia Lebih Beruntung

Kompas.com - 23/07/2022, 15:00 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

KUALA LUMPUR, KOMPAS.com – Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia (RI) menyebut masa tunggu haji di Malaysia mencapai 141 tahun. 

Oleh sebab itu, Dirjen Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah Kemenag RI Hilman Latief menilai, masyarakat Indonesia lebih beruntung jika dibandingkan dengan masyarakat "Negeri Jiran" yang ingin pergi ke Tanah Suci.

Pasalnya, masa tunggu haji di Indonesia lebih singkat berdasarkan kuota daripada di Malaysia.

Baca juga: Malaysia Wanti-wanti Warganya yang Kunjungi Thailand: Jangan Icip Ganja

"Untuk waktu tunggu, Indonesia lebih beruntung karena mendapatkan kuota lebih besar," kata Hilman di Mekkah, Arab Saudi, Kamis (22/7/2022), sebagaimana dilansir dari Antara.

Dia mengatakan hal itu usai bertemu tim Tabung Haji Malaysia yang bertandang ke Kantor Urusan Haji (KUH) Indonesia Daerah Kerja Mekkah untuk berdiskusi tentang penyelenggaraan ibadah haji 2022.

Pada tahun ini, Malaysia memberangkatkan 14.600 orang dari total kuota normal 31.000 dan Indonesia memberangkatkan 100.051 orang dari kuota 200.000.

Hilman menjelaskan, masa tunggu haji di Indonesia mencapai 86 tahun jika kuota yang diberikan hanya 50 persen dan 43 tahun untuk kuota 100 persen.

Sementara umat Islam di Malaysia harus menunggu 141 tahun jika kuota yang diberikan 100 persen.

"Kalau kuota 50 persen masa tunggu bisa hampir 300 tahun," sambung Ketua Tabung Haji Malaysia Dato' Sri Syed Saleh Syed Abdul Rahman.

Selain karena kuota terbatas, lamanya waktu tunggu haji di Malaysia juga karena aturan ketat yang diterapkan di negara itu.

Baca juga: Pengusaha Kuliner Malaysia Mengaku Sulit Cari Tenaga Kerja Seperti TKI

Misalnya, Malaysia melarang penderita penyakit tertentu, termasuk obesitas, untuk berangkat haji.

"Ada aturan body mass index (BMI) dihitung, (kalau) 40 ke atas tidak boleh berangkat, 35-40 kalau punya penyakit bawaan juga tidak dibenarkan berangkat," kata Syed Saleh.

BMI adalah cara menghitung berat badan ideal berdasarkan usia, tinggi dan berat badan dengan menggunakan rumus tertentu.

Selain obesitas, calon haji yang memiliki penyakit bawaan, seperti diabetes dan darah tinggi, yang tidak terkontrol juga dilarang berangkat.

Proses pemeriksaan kesehatan juga dilakukan hingga dua kali, selain pemeriksaan PCR untuk Covid-19.

Pada tahun ini, jumlah haji asal Malaysia yang meninggal di Arab Saudi hanya satu orang, itu pun terjadi sebelum puncak haji.

Syed Saleh menuturkan pemerintah Malaysia tiap tahun pasti mengumpulkan ahli-ahli kesehatan untuk merumuskan penyakit bawaan apa saja yang dilarang bagi jamaah haji.

Baca juga: UPDATE Indonesia Setop Kirim TKI ke Malaysia, Negeri Jiran: Sudah Capai Titik Temu

"Sebelum bulan puasa, kami sudah kumpulkan pakar kesehatan. Mereka merumuskan dan kami tinggal jalankan untuk kriteria jamaah seperti apa," terang dia.

Seperti Indonesia, Malaysia pada tahun ini juga menerapkan batasan usia jemaah haji maksimal 65 tahun.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

AS Setujui Penjualan Amunisi Darurat ke Israel

AS Setujui Penjualan Amunisi Darurat ke Israel

Global
Beri Pernyataan Menjurus Antisemitisme, Rektor Universitas Bergengsi AS Mundur

Beri Pernyataan Menjurus Antisemitisme, Rektor Universitas Bergengsi AS Mundur

Global
Rangkuman Hari Ke-654 Serangan Rusia ke Ukraina: Perundingan Damai Tak Realistis | Gelombang Rudal Rusia

Rangkuman Hari Ke-654 Serangan Rusia ke Ukraina: Perundingan Damai Tak Realistis | Gelombang Rudal Rusia

Global
AS Akan Jual 14.000 Peluru Tank ke Israel Tanpa Persetujuan Kongres

AS Akan Jual 14.000 Peluru Tank ke Israel Tanpa Persetujuan Kongres

Global
Houthi Sebut Akan Targetkan Semua Kapal yang Menuju Israel Tanpa Pandang Bulu

Houthi Sebut Akan Targetkan Semua Kapal yang Menuju Israel Tanpa Pandang Bulu

Global
Saat Korban Tewas di Gaza Capai 17.700 Orang, Netantahu Sebut Ini Perang yang Adil

Saat Korban Tewas di Gaza Capai 17.700 Orang, Netantahu Sebut Ini Perang yang Adil

Global
[UNIK GLOBAL] Anak Ajaib Kini Menganggur | Kutukan Firaun Nyata?

[UNIK GLOBAL] Anak Ajaib Kini Menganggur | Kutukan Firaun Nyata?

Global
Austria Akhiri Penangguhan Bantuan untuk Palestina

Austria Akhiri Penangguhan Bantuan untuk Palestina

Global
Retno Marsudi: Relawan WNI dari MER-C Berhasil Dievakuasi dari Gaza

Retno Marsudi: Relawan WNI dari MER-C Berhasil Dievakuasi dari Gaza

Global
AS, Korea Selatan, dan Jepang Sepakati Inisiatif Baru, Hadapi Ancaman Siber Korea Utara

AS, Korea Selatan, dan Jepang Sepakati Inisiatif Baru, Hadapi Ancaman Siber Korea Utara

Global
Jelang Pemilu, Taiwan Laporkan Aktivitas Militer China Dekat Selat Taiwan

Jelang Pemilu, Taiwan Laporkan Aktivitas Militer China Dekat Selat Taiwan

Global
Dampak Penting Perjanjian Bebas Visa Singapura dan China

Dampak Penting Perjanjian Bebas Visa Singapura dan China

Global
Presiden Palestina: Perang Gaza Harus Diakhiri, Konferensi Perdamaian Harus Digelar

Presiden Palestina: Perang Gaza Harus Diakhiri, Konferensi Perdamaian Harus Digelar

Global
Spontan Umumkan Pencalonan Diri Lagi, Putin Ingin Kirim Pesan pada Dunia

Spontan Umumkan Pencalonan Diri Lagi, Putin Ingin Kirim Pesan pada Dunia

Global
Alasan Kenapa Orang Singapura Pintar Matematika, berkat Metode Ini...

Alasan Kenapa Orang Singapura Pintar Matematika, berkat Metode Ini...

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com