Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indikator Ekonomi Baik, Risiko Resesi Indonesia Hanya 3 Persen

Kompas.com - 14/07/2022, 22:31 WIB
BBC News Indonesia,
Danur Lambang Pristiandaru

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia masuk ke dalam daftar negara yang disurvei Bloomberg mengenai ancaman resesi. Bloomberg menyebutkan, potensi resesi Indonesia hanya 3 persen.

Berdasarkan hasil survei Bloomberg, Indonesia masuk dalam daftar 15 negara yang berisiko mengalami resesi. Dalam daftar tersebut, Indonesia berada di peringkat ke-14.

Sri Lanka, yang mengalami ketidakstabilan ekonomi dan sosial baru-baru ini, menempati posisi pertama negara berpotensi resesi dengan presentase 85 persen.

Baca juga: 15 Negara Berpotensi Resesi Termasuk Indonesia, Arti Resesi, Penyebab, dan Dampaknya

Menyusul kemudian New Zealand 33 persen, Korea Selatan dan Jepang dengan presentase 25 persen.

Sedangkan China, Hongkong, Australia, Taiwan, dan Pakistan dengan presentase 20 persen.

Malaysia 13 persen, Vietnam dan Thailand 10 persen, Filipina 8 persen, Indonesia 3 persen, dan India 0 persen.

Menanggapi survei tersebut, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan dibandingkan dengan negara-negara lain dalam daftar itu, Indonesia memiliki indikator ekonomi yang lebih baik.

"Indikator neraca pembayaran kita, APBN kita, ketahanan dari GDP (produk domestik bruto), dan juga dari sisi korporasi maupun dari rumah tangga, serta monetary policy kita relatif dalam situasi yang tadi disebutkan risikonya 3 persen, dibandingkan negara lain yang potensi untuk bisa mengalami resesi jauh di atas, yaitu di atas 70 persen," jelas Sri Mulyani dalam konferensi pers di Bali, Rabu (13/7/2022).

Sementara, kepala IMF Kristalina Georgieva mengatakan pihaknya akan menurunkan ekspektasi pertumbuhan ekonomi global pada bulan ini.

Dalam perkiraan terakhir yang dikeluarkan pada April silam, IMF memperkirakan pertumbuhan global hanya akan mencapai 3,6 persen tahun ini.

Baca juga: Indonesia Masuk Daftar 15 Negara yang Berpotensi Resesi, Ini Kata Sri Mulyani

Kepala IMF Kristalina Georgieva mengatakan pihaknya akan menurunkan ekspektasi pertumbuhan ekonomi global.GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Kepala IMF Kristalina Georgieva mengatakan pihaknya akan menurunkan ekspektasi pertumbuhan ekonomi global.

Georgieva beralasan perang di Ukraina, inflasi tinggi di luar ekspektasi dan pandemi Covid yang masih terus terjadi, menjadi penyebab semakin gelapnya prospek ekonomi ke depan.

Beberapa hal ini membuat krisis biaya hidup semakin parah bagi jutaan orang, kata Georgieva.

Sementara yang paling terdampak, lanjut Georgieva, adalah keluarga miskin.

Ancaman resesi

Rencana IMF menurunkan prospek ekonomi global mengemuka ketika inflasi di Amerika Serikat—negara dengan ekonomi terbesar di dunia—mencapai 9,1 persen, tertinggi selama 40 tahun terakhir.

Peringatan Georgieva bahwa prospek ekonomi global lebih gelap secara signifikan dikemukakan ketika menteri keuangan dan gubernur bank sentral negara-negara G20 bertemu di Bali, Indonesia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com