Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ronny P Sasmita
Analis Senior Indonesia Strategic and Economic Action Institution

Penikmat kopi yang nyambi jadi Pengamat Ekonomi

Shinzo Abe Telah Pergi, Abenomic Tetap Tinggal

Kompas.com - 09/07/2022, 07:22 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BULAN Agustus tahun 2020 lalu, Shinzo Abe mengundurkan diri dari posisi Perdana Menteri Jepang, karena mengidap penyakit ulcerative colitis akut.

Ketika itu, di beranda FB saya, banyak link berseliweran soal itu termasuk beberapa status yang memuji.

"Patut ditiru. Sportif, dll", kata mereka.

Seorang kawan di Kyoto Univ juga mengirimi saya sebuah link berita dari Japan Times terkait hal yang sama, sembari memberi emoticon senyum simpul.

Saya membalas dengan santai. Balasan berupa keraguan berbalut candaan, "Resigning or Escaping?"

Kawan saya pun memberi emoticon terpingkal-pingkal menanggapi komen saya.

Secara ekonomi, hampir semua pihak akan mengaitkan Abe dengan istilah "Abenomic". Sebuah platform kebijakan ekonomi untuk Jepang, yang menekankan "monetary easing" dan "financial/fiscal reform".

Walhasil, Jepang berhasil keluar dari Stagnasi akut yang sudah mendera sejak dua dekade sebelumnya, meskipun tidak progresif.

Setidaknya, Abenomic berhasil mempertahankan record stabil pertumbuhan ekonomi, aproximately 1,5 persen per tahun dan inflasi nol koma sekian.

Di pelataran geopolitik, Abe juga terbilang cukup "oke" dalam memperjuangkan dan mempertahankan record stabilitas kawasan.

Walaupun di sisi lain terus berjuang untuk merevisi artikel sembilan dari konstitusi Jepang, terkait perluasan wewenang militer Jepang, tapi belum berhasil.

Kontrasnya, secara historis konstitusi Jepang itu justru ditulis oleh para pakar dan senior Amerika setelah Jepang takluk di perang dunia kedua.

Tahun 2006, Abe juga menggunakan alasan yang hampir mirip untuk mundur, sampai masuk gelanggang lagi tahun 2012 dengan platform baru, yakni Abenomic.

Dengan begitu, Abe menjadi PM dengan "tenure" terpanjang sepanjang sejarah Jepang, meskipun ketika itu, ia juga sebenarnya dianggap gagal dalam menjalankan beberapa kebijakan krusial.

Sebenarnya tahun 2020 lalu, saat Abe mundur, selain penyakitnya, approval rating-nya pun sudah sangat menakutkan, hanya tersisa 27 persen dari poling public opinion terakhir, terus jatuh dari 34 persen pada akhir Mei 2020.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com