Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ledakan Guncang Ladang Minyak Terbesar Kazakhstan Usai Janjikan Pasokan ke Eropa

Kompas.com - 07/07/2022, 16:31 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Daily Mail

NURSULTAN, KOMPAS.com - Sebuah ledakan meletus di ladang minyak terbesar Kazakhstan Tengiz pada Rabu (6/7/2022), hanya beberapa hari setelah presiden negara itu meyakinkan Uni Eropa (UE) bahwa mereka akan meningkatkan pengiriman minyaknya ke “Benua Biru”.

Setidaknya dua pekerja tewas dan tiga terluka dalam ledakan itu, menurut laporan lokal sebagaimana dilansir dari Daily Mail.

Baca juga: Rezim Otoriter Kazakhstan Runtuh Usai 30 Tahun Berkuasa, Tokoh Pendiri Tak Lagi Punya Hak Istimewa

Polisi Kazakhstan membuka penyelidikan kriminal atas ledakan di fasilitas yang dioperasikan oleh perusahaan minyak terkemuka negara itu Tengizchevroil, di mana Chevron memegang 50 persen sahamnya.

Penyebab ledakan misterius ini sedang diselidiki, tetapi informasi awal menunjukkan bahwa bola api terjadi selama uji hidro pipa dengan gas atmosfer.

Pengadilan Rusia kemarin juga memerintahkan 'penutupan sementara' terminal minyak Novorossiysk, penghubung utama dalam Konsorsium Pipa Kaspia (CPC) yang membawa minyak Kazakhstan ke Laut Hitam dan ke Barat.

Putusan itu diklaim dilakukan karena alasan lingkungan dan untuk memungkinkan regulator memeriksa pipa.

Keputusan pengadilan Rusia tersebut dijatuhkan hanya sehari setelah presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev pada Senin (4/7/2022) berjanji untuk mengirim lebih banyak minyak ke UE menjelang musim dingin.

Baca juga: Presiden Tokayev Mundur Sebagai Ketua Partai Penguasa Kazakhstan

Pada Rabu (6/7/2022), CPC mengaku 'dipaksa untuk menjalankan putusan pengadilan' tentang penutupan 30 hari, tetapi berencana untuk mengajukan banding.

Setiap gangguan besar pada CPC akan menambah tekanan pada pasar minyak global, yang telah menghadapi salah satu krisis pasokan terburuk sejak embargo minyak Arab pada 1970-an.

Kazakhstan memasok 67 juta ton minyak melalui Rusia ke Eropa setiap tahun, tetapi Tokayev pada Senin (4/7/2022) mengatakan kepada presiden dewan Uni Eropa Charles Michel bahwa negaranya akan meningkatkan pasokan tahun ini sehubungan dengan konflik Rusia Ukraina.

Namun, Tokayev baru-baru ini membuat marah Vladimir Putin dengan menolak untuk mengakui Republik Rakyat Donetsk dan Luhansk - wilayah Ukraina timur di bawah kendali separatis yang didukung Rusia - sebagai negara merdeka.

Perselisihan dua pemimpin negara pecahan Uni Soviet itu memicu spekulasi jika ledakan fasilitas minyak Tengiz dan penutupan pipa CPC merupakan aksi pembalasan.

Baca juga: Daftar Negara yang Membeli Minyak Rusia, Konsumen Terbesar Ada di Asia

Baca juga: Gas dan Minyak Rusia: Berapa Besar Ketergantungan Dunia Padanya?

Baca juga: Presiden Tokayev Umumkan Reformasi Politik Kazakhstan, Ubah Banyak Aturan

Jalur pipa CPC telah menjadi sorotan sejak Rusia mengirim pasukan ke Ukraina, dalam apa yang disebutnya 'operasi militer khusus' yang dilihat oleh Ukraina dan sekutu Barat sebagai invasi habis-habisan.

Harga minyak naik lebih dari 1 persen pada Rabu di sekitar 104 dollar AS per barel, didukung oleh kekhawatiran pasokan.

Rusia telah mengurangi aliran gas melalui pipa gas Nord Stream 1, yang memasok gas Rusia ke Jerman dan negara-negara Eropa lainnya.

Pipa itu kini hanya beroperasi pada kapasitas 40 persen karena perselisihan tentang perbaikan peralatan.

Sementara itu Amerika Serikat (AS), telah memberlakukan sanksi terhadap minyak Rusia tetapi mengatakan aliran dari Kazakhstan melalui Rusia harus berjalan tanpa gangguan.

Uni Eropa telah menyatakan keinginan untuk menghentikan ketergantungan pada bahan bakar fosil Rusia pada 2027.

Baca juga: Kazakhstan Umumkan Rencana Reformasi Konstitusi Batasi Kekuasaan Presiden

Mengingat hal itu, anggota parlemen Uni Eropa pada Rabu (6/7/2022) memilih untuk memasukkan gas alam dan nuklir dalam daftar kegiatan berkelanjutan blok itu, dan mendukung proposal dari badan eksekutif Uni Eropa yang telah menuai kritik keras dari pemerhati lingkungan.

Padahal sejak awal, isu tentang tenaga nuklir telah menimbulkan diskursus yang membagi para pemerhati lingkungan, pakar energi, dan pemerintah selama bertahun-tahun.

Beberapa berpendapat itu adalah sumber energi yang penting karena diproduksi tanpa emisi dan dengan demikian 'bersih'. Sementara yang lain mengatakan risiko kecelakaan nuklir yang menghancurkan terlalu besar dan infrastrukturnya lama dan mahal untuk dibangun.

Gas alam cair, jelas merupakan bahan bakar fosil, sehingga dikritik habis-habisan di aktivis lingkungan.

Ironisnya di tengah invasi Rusia ke Ukraina, upaya memasukan gas dan nuklir ke dalam golongan “energi bersih” sejatinya juga memecah 27 negara anggota Uni Eropa, dan bahkan kelompok politik parlemen.

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Daily Mail
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com