Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Krisis Sri Lanka Terkini: Warga Putus Asa, Ramai-ramai Pilih Tinggalkan Negaranya

Kompas.com - 06/07/2022, 12:02 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber DW

COLOMBO, KOMPAS.com - Krisis Sri Lanka memburuk sehingga sangat mengganggu kehidupan sehari-hari warga pulau kecil itu. Kini banyak warga yang yakin pergi adalah satu-satunya pilihan.

Sri Lanka menderita krisis terburuk dalam sejarahnya, dengan kekurangan bahan bakar membuat negara itu terhenti. Harga barang-barang penting naik, bahan bakar dan obat-obatan minim.

Alhasil, banyak warga Sri Lanka sangat ingin meninggalkan negara itu.

Baca juga: Perdana Menteri Mengaku Sri Lanka Bangkrut, Peringatkan Krisis Akan Terus Berlanjut hingga 2023

Pada 27 Juni, pasangan tua pengungsi Sri Lanka ditemukan tidak sadarkan diri di pantai India karena menderita dehidrasi parah.

Pasangan itu mencoba menyeberang dari Sri Lanka ke India dengan perahu. Wanita tua Sri Lanka itu meninggal di rumah sakit pada 2 Juli, setelah upaya untuk menyelamatkan hidupnya gagal.

Sampai sekarang, lebih dari 90 pengungsi telah mendarat di pantai India, dan mereka ditahan di kamp pengungsi.

Dalam upaya putus asa untuk melarikan diri dari krisis ekonomi, banyak pengungsi Sri Lanka bepergian secara ilegal dengan kapal ke negara-negara terdekat seperti India dan Australia.

Tanpa tanda-tanda krisis mereda, dan tidak ada dana talangan dari IMF yang terlihat, orang-orang Sri Lanka perlahan kehilangan harapan dan berencana untuk meninggalkan negara itu dengan cara apa pun.

Baca juga: Sri Lanka Bangkrut, IMF Minta 2 Hal Ini untuk Keluar dari Krisis

Baca juga: 5 Negara yang Bangkrut Sebelum Sri Lanka, Bagaimana Cara Mereka Bertahan?

Baca juga: Krisis Sri Lanka Diyakini Bisa Membaik dalam 18 Bulan, Ini Rencana Pemerintahnya

Putus asa untuk pergi

Krisis di Sri Lanka mendorong migrasi besar-besaran.

''Sri Lanka adalah rumah saya tetapi jika situasinya memburuk dan ada penguncian yang lebih ketat, saya berencana untuk meninggalkan negara itu dan pergi ke India. Zona waktunya mirip, dan saya bisa bekerja jarak jauh dari sana untuk sementara,'' kata Arunthathi sebagaimana dilansir DW pada Selasa (5/7/2022).

Sejak nilai mata uang rupee Sri Lanka jatuh, banyak yang ingin pergi ke luar negeri untuk mencari uang, menabung sampai situasi ekonomi membaik, dan kemudian kembali ke Sri Lanka.

Yang lain ingin meninggalkan negara itu secara permanen.

Keluarga juga mengirim anak-anak mereka ke luar negeri untuk belajar, misalnya di India, karena gangguan dan penutupan sekolah.

Orang-orang Sri Lanka yang lebih kaya mencoba bermigrasi ke Inggris, Amerika Serikat, Australia, Kanada, atau Uni Eropa untuk bekerja atau belajar.

Baca juga: [POPULER GLOBAL] Stok BBM Sri Lanka Tinggal Sehari | Rusia Kuasai Luhansk

Sejumlah besar orang mengajukan permohonan paspor baru atau memperbarui paspor lama mereka.

Slot untuk mendapatkan janji temu paspor di kantor paspor sudah penuh dipesan selama hampir tiga bulan.

Paspor bisa diproses dalam sehari, tetapi hanya jika orang itu mau membayar sekitar 15.000 Rupee (sekitar Rp 630.000).

Sementara untuk pengurusan paspor standar harganya sekitar 3.500 Rupee (sekitar Rp 146.000), tapi waktu tunggunya sampai dua bulan.

''Ini akan memakan waktu setidaknya tiga sampai lima tahun untuk hal-hal berubah, dan orang-orang muda yang paling terpengaruh ingin pergi," kata Nirosh yang mendaftar untuk belajar gelar master di luar negeri dan ingin membawa keluarganya bersamanya.

"Gaji saya tetap sama, tetapi pengeluaran meningkat. Kami khawatir tentang masa depan kami dan keluarga kami. Banyak yang bahkan rela terjerat utang, agar mereka bisa meninggalkan negara ini."

Baca juga: Kenapa Sri Lanka Krisis BBM dan Bangkrut? Begini Ceritanya...

Orang-orang Sri Lanka dari kelas ekonomi bawah atau tingkat pendidikan yang lebih rendah mencoba untuk bermigrasi ke negara-negara Timur Tengah, untuk bekerja sebagai buruh harian.

Renu, seorang janda Sri Lanka berusia 40-an dari Kurunegala, bermigrasi tahun lalu ke Dubai, dalam upaya putus asa untuk melarikan diri dari krisis ekonomi. Dia sekarang bekerja di sana sebagai pembantu rumah tangga.

Dia memiliki banyak pekerjaan dan menyimpan uang untuk dikirim kembali ke rumah, dan berharap untuk membawa putrinya untuk bekerja di sana juga.

Wanita Sri Lanka lainnya yang tiba di Dubai dua bulan lalu dengan visa tiga bulan masih kesulitan mencari pekerjaan. Kedua wanita ini merasa bahwa situasi di Sri Lanka tidak akan membaik dalam waktu dekat.

Sentimen ini dimiliki oleh banyak orang Sri Lanka, yang sebenarnya tidak ingin meninggalkan negara mereka tetapi dipaksa untuk melakukannya karena parahnya krisis. 

Baca juga: Sri Lanka Kesulitan Bayar Minyak, Stok BBM Hanya Bertahan Sehari

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com