MOSKWA, KOMPAS.com - Anggota Parlemen Rusia menyerukan untuk memindahkan senjata hipersonik dalam jarak menyerang ke Amerika Serikat (AS), sehingga memicu krisis rudal Kuba baru atas konflik Ukraina menurut potongan video dari media Kremlin di media sosial.
Julia Davis dari The Daily Beast membagikan video tersebut ke halaman Twitter-nya. Video tersebut sejauh ini telah dilihat lebih dari 132.000 kali sejak di unggah pada Minggu (3/7/2022).
Baca juga: Jawaban Rusia Saat Ditanya Keterlibatan dalam Kerusuhan di Uzbekistan
Cuplikan itu menunjukkan Anggota Parlemen Rusia (State Duma) Andrei Gurulyov, berbicara di TV pemerintah Rusia dan membahas perlunya resolusi konflik Rusia-Ukraina, yang masih berlangsung.
Gurulyov mengatakan memindahkan senjata hipersonik Rusia dalam jarak serang dari wilayah AS akan memaksa Presiden Joe Biden untuk datang ke meja perundingan dengan Rusia, dan berhenti memasok Ukraina dengan senjata untuk konflik.
Gurulyov berbicara dalam bahasa Rusia tetapi terjemahan bahasa Inggris berjalan di sepanjang bagian bawah layar. Tidak jelas kapan rekaman itu direkam.
"Saat ini, mereka mengirimkan MLRS (Multiple Launch Rocket System), howitzer, mereka akan mengirimkan apa pun ke sana (Ukraina) hingga bom nuklir, hanya untuk tidak membiarkan kita menang," katanya, merujuk pada komitmen negara-negara Barat untuk memasok Ukraina dengan senjata.
"Selanjutnya, mereka akan mengirim pesawat, sistem anti-pesawat, kemudian sistem anti-rudal dan seterusnya dan seterusnya, mereka tidak akan diam."
Baca juga: NATO Buat Swedia dan Finlandia Tak Lagi Netral, Sepakat Anggap Rusia Ancaman
Baca juga: Perintah Baru Putin Setelah Rusia Kuasai Seluruh Luhansk Ukraina
Gurulyov melanjutkan dengan menggambarkan bagaimana Rusia bisa berhasil dalam "denazifikasi dan demiliterisasi Ukraina."
Menurutnya, setiap kondisi detente (pengurangan ketegangan) terjadi setelah “krisis yang baik”, seperti detente pasca Krisis Rudal Kuba.
Hal itu, kata dia, bisa terjadi karena selama Krisis Rudal Kuba, ada ancaman langsung ke wilayah AS yang tidak segera mereka tanggapi.
"Kita harus menciptakan keadaan serupa karena AS berada di balik semua ini dan yang lainnya berada di bawah kendali mereka.”
“Kita berada lebih maju dari semua orang dengan senjata hipersonik, senjata hipersonik kita seharusnya, tidak hanya di atas kapal induk tradisional, tetapi juga dibawa ke sekitar Amerika Serikat,” tambahnya.
Lebih lanjut kata dia, rudal hipersonik dengan waktu terbang maksimal lima menit, bisa membuat Biden duduk gagap di Gedung Putih, tetapi akhirnya akan memikirkan bagaimana bernegosiasi.
"Itu adalah satu-satunya skenario bagi kami untuk dapat melakukan denazifikasi dan demiliterisasi Ukraina."
Baca juga: Putin: Saya Siap Krisis Rudal Kuba Lain jika Ada yang Menginginkannya
Baca juga: Prediksi Fokus Rusia Selanjutnya Setelah Kuasai Luhansk Ukraina
Ketika moderator menimpali bahwa itu (denazifikasi dan demiliterisasi) “seharusnya tidak terbatas pada ukraina?”, politisi Rusia itu menanggapi: “Ohh…. senang mendengarnya.”
Gurulyov kemudian mengisyaratkan bahwa Rusia memiliki keinginan untuk datang ke meja perundingan untuk menyelesaikan konflik.
Dia menekankan bahwa dalam "perang apa pun, Anda tidak bisa selalu menang," dan mengakui bahwa pada akhirnya pasti ada kekalahan.
Propagandists on Russian state TV advocate creating another Cuban Missile Crisis (this time, with hypersonic missiles) in order to extract concessions out of the U.S. They also propose total destruction of Ukraine's critical infrastructure and warn other countries: "You're next." pic.twitter.com/6j6D0zKIwV
— Julia Davis (@JuliaDavisNews) July 3, 2022
Namun, jurnalis Nadana Fridriksson, yang berbicara setelah Gurulyov, mengisyaratkan bahwa Rusia dapat menyerang negara lain setelah konflik Ukraina selesai.
"Negara-negara pasca-Soviet, yang memutuskan untuk bermain dengan kebarat-baratan, netralitas, mereka harus memahami bahwa mereka adalah yang berikutnya," katanya.
"Cepat atau lambat, kampanye Ukraina akan berakhir, setelah Ukraina, giliran negara lain akan datang," tambahnya.
Baca juga: Perdamaian Rusia-Ukraina, Bukan Sekali Tepuk Jadi
Newsweek yang mewartakan berita ini pada Senin (4/7/2022) telah menghubungi Gedung Putih dan Kementerian Luar Negeri Rusia untuk memberikan komentar.
Beberapa tahun terakhir, AS, Rusia, serta China semuanya berlomba untuk mengembangkan rudal hipersonik.
Sebuah rudal hipersonik dapat melaju dengan kecepatan Mach 5 (lima kali lebih cepat dari kecepatan suara) atau lebih tinggi.
Pada Kamis (30/6/2022), Pentagon mengumumkan kegagalan uji Common Hypersonic Glide Body (CHGB) di tengah kekhawatiran bahwa AS tertinggal dari Rusia dan China dalam mengembangkan senjata jenis ini.
Saat perang berkecamuk di Ukraina, Vladimir Putin telah berulang kali memamerkan tentang kehebatan senjata hipersonik negaranya.
Baca juga: Kerugian Terbaru Ukraina yang Dilaporkan Menteri Pertahaan Rusia ke Putin