Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Putin Disebut Masih Ingin Rebut Sebagian Besar Ukriana

Kompas.com - 02/07/2022, 08:49 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber Reuters

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden Rusia Vladimir Putin disebut masih ingin merebut sebagian besar Ukraina.

Penilaian tersebut disampaikan oleh Direktur Intelijen Nasional Amerika Serikat (AS) Avril Haines pada Rabu (29/6/2022).

Namun, perwira tinggi intelijen AS itu melihat, pasukan Putin sudah sangat terdegradasi oleh pertempuran sehingga mereka kemungkinan hanya dapat mencapai keuntungan tambahan dalam waktu dekat.

Baca juga: Jawaban Kremlin Saat Ditanya Isi Pesan Zelensky yang Disampaikan Jokowi ke Putin

Avril Haines menjelaskan bahwa konsensus badan mata-mata AS adalah akan terus bekerja "untuk jangka waktu yang lama".

"Singkatnya, gambarannya tetap sangat suram dan sikap Rusia terhadap Barat semakin keras," kata Haines dalam konferensi Departemen Perdagangan, dilansir dari Reuters.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sendiri pada pekan ini telah mengatakan kepada Presiden AS Joe Biden dan para pemimpin G7 lainnya bahwa dia ingin perang berakhir pada akhir tahun.

Tetapi, Haines menganggap bahwa miliaran dollar AS senjata modern yang dipasok oleh AS dan negara-negara lain ke pasukan Ukraina mungkin tidak akan memberi mereka kemampuan untuk membalikkan keadaan melawan Rusia dalam waktu dekat.

Dia mengatakan bahwa Putin tetap berniat menguasai sebagian besar Ukraina meskipun pasukan Ukraina telah mengalahkan upaya Rusia untuk merebut ibu kota Kyiv pada Februari 2022, hingga memaksa Moskwa mengurangi targetnya dengan merebut seluruh wilayah Donbass.

"Kami pikir dia secara efektif memiliki tujuan politik yang sama dengan sebelumnya, yaitu dia ingin menguasai sebagian besar Ukraina," kata Haines.

Baca juga: Kenapa Putin Tidak Pakai Meja Panjang Saat Bertemu Jokowi di Rusia?

Dalam penilaian publik pertamanya tentang perang sejak Mei, Haines menegaskan bahwa pasukan Rusia bagaimanapun telah sangat terdegradasi oleh lebih dari empat bulan pertempuran sehingga tidak mungkin mereka dapat mencapai tujuan Putin dalam waktu dekat.

"Kami melihat keterputusan antara tujuan militer jangka pendek Putin di bidang ini dan kapasitas militernya, semacam ketidaksesuaian antara ambisinya dan apa yang dapat dicapai militer," ucap dia.

3 skenario perang Rusia-Ukraina

Direktur Intelijen Nasional Avril Haines bersaksi tentang ancaman di seluruh dunia selama sidang Komite Angkatan Bersenjata Senat di Capitol Hill di Washington, DC, 10 Mei 2022. AFP/SAUL LOEB Direktur Intelijen Nasional Avril Haines bersaksi tentang ancaman di seluruh dunia selama sidang Komite Angkatan Bersenjata Senat di Capitol Hill di Washington, DC, 10 Mei 2022.

Haines mengatakan badan-badan intelijen AS melihat tiga skenario yang mungkin terjadi dalam perang Rusia-Ukraina ke depan.

Skenario yang paling mungkin adalah konflik sengit di mana pasukan Rusia membuat keuntungan tambahan, tanpa kesulitan.

Skenario lainnya termasuk terobosan besar Rusia dan Ukraina berhasil menstabilkan garis depan sambil mencapai keuntungan kecil, mungkin di dekat kota Kherson yang dikuasai Rusia dan daerah lain di Ukraina selatan.

Baca juga: Pendiri WikiLeaks Julian Assange Ajukan Banding Tolak Ekstradisi ke AS

Menurut dia, ini akan memakan waktu bertahun-tahun bagi Rusia untuk membangun kembali pasukannya.

"Selama periode ini, kami mengantisipasi bahwa mereka akan lebih bergantung pada alat asimetris yang mereka miliki, seperti serangan dunia maya, upaya untuk mengendalikan energi, bahkan senjata nuklir untuk mencoba mengelola dan memproyeksikan kekuatan dan pengaruh secara global," kata Haines.

"Untuk sementara, pasukan Rusia tidak mungkin dapat melakukan beberapa operasi simultan," lanjut dia.

Prioritas Putin sekarang, Hainer menilai, adalah membuat keuntungan di wilayah Donbass dan menghancurkan pasukan Ukraina.

Komentar Haines muncul setelah pertemuan puncak para pemimpin NATO pada Rabu mengecap Rusia sebagai "ancaman langsung" paling besar bagi keamanan aliansi dan bersumpah untuk memodernisasi pasukan Kyiv, dengan mengatakan Rusia berdiri di belakang pertahanan heroik negara mereka.

Baca juga: Keluh Kesah Putin kepada Jokowi

Rusia seperti diketahui telah meluncurkan apa yang disebutnya sebagai operasi militer khusus ke Ukraina pada 24 Februari untuk menghilangkan apa yang dianggapnya sebagai pemerintah fasis yang mengancam keamanannya.

Di sisi lain, Ukraina, AS dan negara-negara lain mengatakan Rusia melakukan perang agresi yang tidak dapat dibenarkan terhadap tetangganya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Reuters
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com