Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

2 Warga Meksiko jadi Tersangka Kematian 51 Migran dalam Trailer di Texas

Kompas.com - 29/06/2022, 13:29 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber Reuters

SAN ANTONIO, KOMPAS.com - Dua warga Meksiko menjadi tersangka dalam kasus kematian sedikitnya 51 migran yang terperangkap di dalam truk trailer di Texas, Amerika Serikat (AS), kata pihak berwenang, Selasa (28/6/2022).

Para korban –39 pria dan 12 wanita, sebagian besar warga Meksiko– ditemukan tewas pada Senin (27/6/2022) di pinggiran Kota San Antonio, Texas, sekitar 250 km di sebelah utara perbatasan AS-Meksiko.

Insiden itu menandai hilangnya nyawa terbesar dalam catatan dari upaya perdagangan manusia di AS, menurut Craig Larrabee, agen khusus penjabat yang bertanggung jawab dengan lengan investigasi US Immigration and Customs Enforcement (ICE).

Baca juga: BERITA FOTO: Truk Trailer dengan 46 Mayat Migran Ditemukan di Texas

Kedua tersangka adalah Juan Francisco D'Luna-Bilbao dan Juan Claudio D'Luna-Mendez.

Dilansir dari Reuters, menurut dokumen pengadilan dan pihak berwenang, keduanya pernah didakwa atas kepemilikan senjata api ketika tinggal di AS secara illegal.

Para penyidik melacak STNK truk itu ke sebuah alamat di San Antonio yang kemudian mereka awasi.

Kedua tersangka ditangkap secara terpisah ketika keluar dari tempat itu.

Tersangka ketiga, seorang warga AS yang mengemudikan truk itu, juga dibawa ke tahanan dan akan diseret ke pengadilan.

Tetapi, dia masih dirawat di rumah sakit hingga Selasa malam, kata seorang pejabat Meksiko.

Truk trailer tersebut disebut telah diparkir di pinggiran Kota San Antonio yang memiliki suhu udara mencapai 39,4 derajat Celcius.

Baca juga: Tumpukan Mayat Ditemukan dalam Trailer di Texas, Total 46 Orang Tewas

Mayat-mayat ditemukan di dalam kendaraan itu dan bergelimpangan di beberapa blok, setelah pintu belakang trailer dibuka, menurut seorang penegak hukum setempat pada Selasa.

Pihak berwenang mengatakan tidak ditemukan persediaan air atau alat pengatur suhu di dalam truk itu.

Para pejabat mengatakan ada "tumpukan mayat" dan tubuh beberapa migran terasa panas saat disentuh.

"Sulit untuk dikatakan," kata Wali Kota San Antonio Ron Nirenberg kepada MSNBC.

Dia menambahkan bahwa masyarakat di wilayahnya bergantung pada migran karena kekurangan pekerja.

Dalam tampilan udara ini, anggota penegak hukum menyelidiki trailer traktor pada 27 Juni 2022 di San Antonio, Texas. Menurut laporan, setidaknya 46 orang, yang diyakini sebagai pekerja migran dari Meksiko, ditemukan tewas di sebuah trailer traktor yang ditinggalkan. Lebih dari selusin korban ditemukan hidup, menderita serangan panas dan dibawa ke rumah sakit setempat.JORDAN VONDERHAAR/Getty Images via AFP Dalam tampilan udara ini, anggota penegak hukum menyelidiki trailer traktor pada 27 Juni 2022 di San Antonio, Texas. Menurut laporan, setidaknya 46 orang, yang diyakini sebagai pekerja migran dari Meksiko, ditemukan tewas di sebuah trailer traktor yang ditinggalkan. Lebih dari selusin korban ditemukan hidup, menderita serangan panas dan dibawa ke rumah sakit setempat.

"Ini adalah tragedi yang sulit dijelaskan," ungkap dia..

Presiden AS Joe Biden sendiri pada Selasa (28/6/2022) telah berkomentar bahwa  insiden itu mengerikan dan memilukan.

"Mengeksploitasi orang-orang yang rentan demi keuntungan adalah hal yang tercela," kata Biden.

Baca juga: Penyintas Insiden Penembakan Texas Berikan Kesaksian Emosional pada DPR

Dia bersumpah akan menindak perusahaan-perusahaan penyelundup bernilai miliaran dolar, yang telah ikut memicu rekor jumlah migran yang menyeberangi perbatasan AS-Meksiko sejak dia menjabat pada Januari 2021.

Sedikitnya 27 warga Meksiko, tiga Guatemala, dan empat Honduras diyakini menjadi korban tewas dalam insiden itu, menurut para pejabat dari ketiga negara tersebut.

Belum ada informasi tentang kewarganegaraan para korban yang lain.

Belasan orang yang selamat, empat di antaranya anak-anak, dilarikan ke rumah-rumah sakit terdekat karena sengatan panas dan kelelahan.

Truk tersebut kemungkinan telah membawa sekitar 100 migran, tetapi angka pastinya masih belum jelas, menurut seorang penegak hukum dan pejabat Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS (CBP) yang ikut dalam penyidikan.

Tampaknya para migran itu baru saja menyeberangi perbatasan dan dijemput dengan truk tersebut ke tempat mereka akan bekerja, menurut para pejabat AS dan Meksiko yang berbicara secara anonim.

Baca juga: Kronologi Terbaru Penembakan SD Texas, Detik-detik Penuh Kekacauan dan Ketakutan

Pihak berwenang diberi tahu soal truk itu lewat panggilan darurat 911 dari seorang pelintas yang dimintai bantuan oleh seorang migran yang melarikan diri dari truk, kata para pejabat.

Menurut mereka, para korban ditemukan dengan tubuh yang dilumuri zat beraroma tajam, modus yang biasa dipakai para penyelundup untuk menutupi bau manusia dan agar terhindar dari endusan anjing pelacak.

Kepala Kepolisian San Antonio, William McManus, pada Senin (27/6/2022), mengatakan seseorang yang bekerja di sebuah gedung setempat mendengar teriakan minta tolong.

Ketika keluar untuk memeriksa, dia menemukan pintu trailer sedikit terbuka dan melihat sejumlah mayat di dalamnya.

Para migran yang selamat kemungkinan akan dibebaskan ke AS untuk mendapatkan suaka atau bantuan kemanusiaan lainnya, kata para pejabat.

Sebelumnya, para penyintas dari kasus-kasus penyelundupan manusia ditahan untuk dijadikan saksi.

Jack Staton, mantan petinggi di unit penyelidikan Badan Imigrasi dan Penegakan Bea Cukai AS, membeberkan jalan tol I-35, yang berada di dekat lokasi penemuan truk, melintasi San Antonio dari perbatasan Meksiko dan menjadi rute populer penyelundupan karena tingginya lalu lintas truk berukuran besar.

Pada Juli 2017, sebanyak 10 migran tewas dalam trailer yang ditemukan oleh polisi San Antonio di tempat parkir Walmart.

Sang sopir kemudian dihukum seumur hidup atas keterlibatannya dalam upaya penyelundupan itu.

"Ini cuma masalah waktu sebelum tragedi seperti ini terjadi lagi," kata Staton.

Baca juga: Cerita WNI di AS Pasca-penembakan Massal di SD Texas: Takut Melepas Anak ke Sekolah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Reuters
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com