Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sosok “Pria yang Membeli London”, Miliarder Qatar di Balik Skandal Pangeran Charles

Kompas.com - 29/06/2022, 10:59 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Guardian

DOHA, KOMPAS.com - Sheikh Hamad bin Jassim bin Jaber al-Thani, mantan perdana menteri Qatar, adalah salah satu orang terkaya di negaranya, dengan perkiraan kekayaan bersih pribadi lebih dari 1,2 miliar dollar AS (hampir Rp 18 triliun) menurut Forbes.

Dia sering menarik perhatian karena kekayaannya dan saat ini menjadi berita utama atas dugaan sumbangan uang tunai dalam koper yang diberikan kepada Pangeran Charles, pewaris tahkta Kerajaan Inggris.

Baca juga: Pangeran Charles Dilaporkan Terima Koper Berisi Uang Kertas Miliaran Rupiah dari Politisi Kontroversial Qatar

Di lingkaran keuangan London, pria berusia 62 tahun ini kadang-kadang dikenal sebagai dengan singkatan namanya "HBJ".

Sekarang, dia disebut-sebut sebagai "pria yang membeli London", setelah diduga menggunakan kekayaannya serta pengaruhnya sebagai kepala sovereign wealth fund (badan pengelola dana milik negara) milik Qatar, untuk memperluas aset keuangan Qatar di London melalui serangkaian aset berharga.

Dari 2000 hingga 2013, al-Thani mengawasi serangkaian investasi profil tinggi di perusahaan Inggris yang mencakup Harrods, Shard (yang dimiliki 95 persen oleh Qatar), Desa Olimpiade London, dan hotel InterContinental Park Lane.

Al-Thani sendiri sudah dikenal karena kecakapan politiknya. Sebagai kerabat dari keluarga penguasa Qatar, ia telah memegang beberapa posisi penting di pemerintahan Qatar termasuk menteri luar negeri pada 1992.

Ia diangkat sebagai wakil perdana menteri Qatar pada 2003. Pada 2007, HBJ menjadi perdana menteri, peran yang ia tinggalkan dari 2013.

Baca juga: FBI Sita Data Pensiunan Jenderal AS, Dituduh Kongkalikong dengan Qatar

Baca juga: Pangeran Charles Tak Akan Halangi Negara Persemakmuran Lepas dari Monarki

Baca juga: Qatar: Negara Kecil yang Makin Kaya karena Perang di Ukraina

Dalam sebuah wawancara dengan Financial Times pada 2016, ia digambarkan sebagai negarawan yang tidak menyesal “dikenal karena kesediaannya untuk mengungkapkan pikirannya, dan kerap berayun tanpa ragu dari satu kebijakan ke kebijakan lainnya”.

Selama bertahun-tahun, ia menjadi pusat dalam mengatur keterlibatan Qatar dalam diplomasi internasional termasuk di Yaman, Suriah, dan Israel serta wilayah Palestina.

Al-Thani mendapat julukan “pembawa perdamaian” atas usahanya untuk menengahi rekonsiliasi antara faksi-faksi yang bertikai di Afrika dan Timur Tengah, menurut sebuah laporan oleh Middle East Eye pada 2015.

Alhasil, tidak mengejutkan saat beberapa tahun yang lalu mantan emir Qatar, Sheikh Hamad bin Khalifa al-Thani, dikabarkan mengatakan bahwa meskipun dia memimpin negara itu, perdana menterinya saat itu, HBJ, yang memiliki kekuasaannya.

Dia juga dikatakan telah mengakui bahwa di bawah kepemimpinannya, Qatar “mungkin” mendanai Front Al-Nusra, cabang Al-Qaeda Suriah, tanpa sepengetahuannya.

Baca juga: Pangeran MBS Kunjungi Turki, Normalisasi Hubungan Penuh di Depan Mata

Pada 2012, Al-Thani terpilih sebagai salah satu dari 100 tokoh paling berpengaruh di dunia oleh majalah Time, keputusan yang didukung oleh presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

Erdogan menggambarkan teman dekatnya itu sebagai “pribadi yang bijaksana, seorang contoh pemimpin dan seorang pria dengan visi yang luas”.

Dalam beberapa tahun terakhir, pengawasan telah beralih kembali menyorot keuangan al-Thani.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com